Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)

Thursday, August 9, 2012

(Cerita Anak SMA): Study Tour ke Jogja

Kenapa saya perlu menceritakan perihal study tour kami saat SMA? Karena study tour ini sangat mengesankan buat saya dan juga kawan-kawan. Seperti yang saya ceritakan di jurnal sebelumnya, saya berusaha menepati janji ke bapak supaya saya diperbolekan untuk mengikuti study tour ke Jogja. Sesudah segala macam persiapan materi baik dari pihak sekolah maupun dari keluarga, saya diantar bapak ke stasiun Gambir untuk berangkat. Untuk study tour ini, sekolah kami menggunakan khusus satu gerbong untuk seluruh murid dan guru serta pendamping yang pergi ke Jogja. Pukul 4 sore kereta diperbolehkan berangkat dan saya merasa terharu melihat bapak melambai-lambaikan tangan disertai wajah yang sedikit kuatir, secara spontan menitikkan air mata. Itu perjalanan pertama saya sendirian ke tempat yang jauh tanpa orang tua atau anggota keluarga lainnya. Sementara itu di satu gerbong yang kami naiki, hampir semua anak riuh-rendah karena gembira.

 
Di atas kereta api yang membawa kami ke Jogja, perjalanan terasa lancar. Saya duduk dengan sahabat saya dan kawan-kawannya dari kelas BIO. Seperti biasa kami ngerumpi asyik, bercerita tentang berbagai macam. Dalam perjalanan beberapa anak saya perhatikan asyik bermain kartu, ramai sekali. Sebagian ada yang bercanda dan menciptakan guyonan yang bisa membuat seisi gerbong tertawa, apalagi pak guru yang ikut turut serta guyonan mereka. Begitu kami tiba di sebuah stasiun kadang ada penjual makanan yang berusaha masuk ke gerbong kami. Seorang kawan yang badannya tinggi-besar dipilih para guru untuk menjaga pintu masuk ke gerbong kami. Dia ini yang bertugas menghalangi para pedagang asongan masuk ke gerbong. Perjalanan masih lancar hingga kira-kira pukul 3 pagi saat tiba-tiba saya dan beberapa kawan terbangun karena sebuah lonjakan keras. Kemudian kami merasakan gerbong kami miring dan kereta mengerem sekuatnya. Barang-barang yang ada di rak atas tempat duduk berjatuhan menimpa beberapa orang yang asyik terlelap.  

Gerbong kereta dimana kami berada masih miring sementara keadaan di luar masih gelap-gulita. Pak guru kami yang turut serta study tour keluar gerbong kereta dan berusaha mencari tahu sebab dari berhentinya kereta secara tiba-tiba dan keadaan yang masih tanda-tanya. Di dalam gerbong, beberapa kawan yang laki-laki berbagi tugas untuk menjaga dua pintu masuk gerbong dan memeriksa keadaan kawan-kawan lainnya. Syukurnya tidak ada korban yang sampai terluka parah, meski begitu ada segelintir teman yang cidera akibat ketiban barang-barang dari rak. Rasanya lama sekali kami berada di gerbong kereta itu sementara di luar masih gelap. Pak guru kembali ke gerbong kami membawa berita, kalau kereta yang kami naiki keluar dari relnya. Beberapa jam kemudian mulai muncul fajar dan sedikit demi sedikit keadaan di luar mulai terlihat. Begitu fajar sudah penuh sinarnya, saya beserta beberapa teman ke luar gerbong ingin meluruskan kaki dan mencari tahu. Pemandangan di depan mata sangatlah mengejutkan sekaligus mengerikan. Gerbong kami miring ke kanan mungkin 40 derajat, sedangkan ada gerbong lain yang keluar dari rel. Keterkejutan kami agak terobati dengan pemandangan di sekeliling kami yang sejuk dan asri berupa beberapa sawah dan hutan.

 

Kami masih menunggu pihak kereta api memperbaiki kerusakan. Sekian jam kemudian kereta berangkat lagi menuju Jogja. Saat peristiwa kereta anjlok itu sepertinya kami ada di daerah Jawa Tengah. Rasanya tidak lama kemudian kereta kami tiba di stasiun kereta Jogja. Kami lega sekali. Sesudah itu kami naik bis besar menuju sebuah penginapan di pingiran Jogja untuk istirahat, membersihkan badan dan menyantap makan siang. Makan siang kami sangat istimewa, karena menunya yang beragam asli ala Jogja. Gudeg, Bacem, tempe goreng tentu saja ada. Tadinya kami pikir kami akan menginap di situ, ternyata kami naik lagi bis menuju tempat penginapan lain di dalam kota Jogja bernama Hotel Bhakti. Hotel ini lebih terlihat seperti losmen dan suasananya sangat kekeluargaan. Study tour kami berlangsung 3 hari dan beberapa tujuan amat menarik buat saya. Setiap kali kami berkunjung ke tempat-tempat yang akan kami pelajari kami harus bersegaram sekolah. Ini bagian yang tidak asyiknya.

 
Tempat tujuan kami salah satunya adalah pabrik batik. Di sana kami diberi pengarahan mengenai produk batik pabrik itu (saya lupa namanya) yang kebanyakkan berupa batik cap. Kami diberitahu bahan-bahan untuk membatiknya, juga bagaimana caranya mengecap motif batiknya ke atas kain. Selain itu kami ditawarkan juga harga discount produk batik dari pabrik tersebut. Yang saya ingat, saya meminta seorang pekerja pabrik untuk mengecap buku tulis saya dengan motif batik capnya, sekedar untuk souvenir. Selain itu kami juga berkunjung ke sebuah pabrik pengecoran timah yang membuat alat-alat pertanian. Kami melewati desa-desa di luar kota Jogja dan menikmati pemandangan di sana-sini. Selain belajar, kami juga berkesempatan untuk melancong ke beberapa tempat wisata sambil tetap belajar. Kami berkunjung ke Keraton Jogja dan pantai Baron. Pantai Baron ini letaknya di pelosok sekali, melewati hutan, bukit dan jalanan yang berliku-liku selama sekian jam. Pantainya cantik dan bersih dengan pantai yang agak kasar karena bebatuan kecil-kecilnya.  
Di hari berikutnya kami berkesempatan mengunjungi Borobudur dan itu pertama kalinya buat saya. Beberapa dari kami berusaha menaiki candi besar ini sampai ke puncaknya. Saya sangat menikmati setiap ilustrasi dari tubuh candi yang berisi berbagai cerita. Di beberapa stupa saya dan sahabat saya berusaha memasukkan lengan kami untuk memegang patung Budha di dalamnya. Ada yang bilang kalau sampai bisa menyentuh patung itu, keinginan kita bisa tercapai. Tapi kami melakukan itu bukan karena kepercayaan tersebut, melainkan akibat penasaran. Herannya, dari sekian patung yang berusaha saya pegang, saya hanya berhasil menyentuh satu saja. Sementara yang lainnya, seakan-akan patungnya berada lebih jauh dari raihan tangan saya. 

Hari terakhir study tour kami, kami diberikan kesempatan jalan-jalan bebas menjelajahi kota Jogja. Tentu saja tujuan kami adalah Malioboro yang pada akhirnya beberapa kali kami datangi. Saya, sahabat saya dan beberapa kawan mencoba makan malam Lesehan di Malioboro, mencicipi masakan khas kota bersejarah ini. Lalu kami juga berkesempatan naik andong keliling kota dan tujuan kami adalah bioskop 21 di sana. Beberapa kawan yang laki-laki mengajak nonton dan memilih Robocop, bukan film yang saya maui tentunya. Harga tiket biokop 21 di Jogja jauh lebih murah dari yang di Jakarta dan kami merasa girang sekali. Lumayan masih ada uang tersisa untuk membeli oleh-oleh di Malioboro. Saat berjalan-jalan berkeliling di Malioboro, saya meminta tolong seorang teman yang fasih bahasa Jawa halus untuk menemani saya dan teman lainnya selama berbelanja souvenir. Alasannya, supaya kawan saya itu bisa membantu menawar barang. Saya membawa pulang beberapa obyek menarik hasil karya tangan seniman Malioboro. Sore tanggal 31 Desember 1990, kami pulang menuju Jakarta dengan kereta. Perjalanan kami lebih lancar dari saat berangkat dan ketika pukul 12:00 dini hari tanggal 1 Januari, kami masih di dalam kereta. Beberapa teman tiba-tiba membangunkan kami semua dengan tiupan terompet tahun baru. Di gerbong kami suasananya jadi ramai saling memberi ucapan selamat tahun baru. Saya menyempatkan menulis diary baru di atas kereta, berharap tahun depan saya bisa terus berprestasi dengan baik. Sejenak kemudian saya ikut lelap bersama teman-teman lain dalam mimpi yang beraneka.


Cerita akan bersambung lagi...


D. Yustisia


(Photo-photo koleksi pribadi)




No comments:

Post a Comment