Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)

Thursday, August 9, 2012

(Cerita Anak SMA): Kena Damprat Ibu Teman

Seumur-umur baru sekali dan moga-moga hanya sekali itu saja, saya kena tuduhan memakai uang orang lain. Sebelnya bukan main! Apalagi tuduhan itu berupa dampratan dari seorang ibu yang saya tidak kenal sama sekali. Kenangan ini tahu-tahu muncul begitu saya lihat di inbox FB saya ada ajakan berteman dari teman lama saat SMP dan SMA. Begitu melihat namanya, saya langsung terkenang peristiwa saat saya kelas 2 SMA itu.Ceritanya, saya adalah bendahara kelas. Seperti biasanya, begitu tanggal 10 tiap bulannya, saya mengumpukan semua iuran sekolah dari teman-teman dan menyetornya ke pihak TU (tata Usaha). Tapi kali ini ada teman yang sudah sampai tiga bulan belum membayar iurannya juga. Karena itu orang tuannya dipanggil menghadap wali kelas. Nah, si ibu datang ke sekolah rupanya sambil membawa pedang yang sudah diasah tajam mencari pihak yang mau disalahkan. Tujuannya langsung ke kelas dan menemui bendahara, yaitu saya.

Ibu berkacamata dan bergelung cepol ini begitu menemukan saya (sesudah bertanya ke teman sekelas), langsung tanpa basa-basi menuduh saya menggelapkan uang sekolah yang beliau selalu berikan ke anaknya. Si ibu ngomel panjang-lebar sampai muncrat ke saya. Saya tentu saja mengelak dan tidak mau seenaknya saja dituding mengambil uang iuran sekolah. Tapi sepertinya alasan apapun yang saya berikan, atau bantuan suara dari ketua kelas kepada si ibu tidak digubris. Saya tetap dituduh mengambil uang sekolah anaknya yang tiga kali Rp 10 ribu itu. Yang paling menyebalkan, selama si ibu ngomel-ngomel itu, anaknya, yang teman sekelas saya dan juga teman naik bis karena tempat kami tinggal sama daerahnya, diam-diam saja di dekat beliau.

Pada akhirnya ketua kelas memanggil bapak wali kelas yang langsung membela saya habis-habisan. Menurut si ibu, saya memilih korban. Aduh, beneran saja! Apa masuk akal saya cuma memilih uang dari seorang saja untuk saya ambil? Kami sempat ke pihak TU membahas masalah tunggakan iuran sekolah tersebut dan ibu TU juga membela saya yang termasuk bendahara kelas yang paling rapi dan jelas pembukuannya. Bapak wali kelas tentu saja kemudian mencecar teman saya yang kok diam seribu bahasa saja meski melihat ibunya sudah sewot nggak karuan. Ketahuan akhirnya, teman saya itu sudah menjajankan uang sekolahnya yang tiga bulan. Si ibu cuma melongo. Begitu mendengar pengakuan anaknya, beliau menangis layaknya pemain sandiwara dan meminta maaf ke saya. Buat saya pribadi, tuduhan kalau tidak benar, saya akan bantah habis-habisan. Tapi yang membuat saya sakit hati adalah teman saya yang tega dan diam saja saat melihat ibunya marah-marah dan menuduh saya. Meski dia minta maaf juga, saya tidak pernah lagi menggubris dia, bahkan sampai detik saya melihat ajakannya berteman di FB saya. Buat apa berteman dengan pengecut?



D. Yustisia

(Photo saat kelas 3 SMA - 3SOS3)

4 comments:

  1. waduh....kali ini pengalamanya kok gak enak DIan..?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah, mana kutahu, Na. Ternyata kerja jadi bendahara kelas ada resikonya. Aku heran temanku itu bisa tega bilang sudah bayar ke aku selama 3 bulan ke ibunya. Dengan begitu kan berarti dia kasih gambaran akunya yg curang.

      Delete
    2. yaaah, itulah salah satu sifat manusia yg jelek...."cari aman buat dirinya sendiri". waah, gak kebayang pas di rmh tuh anak diapain sm ibunya ya...?

      Delete
    3. Masa bodoh deh aku, Na. Sejak kejadian itu aku nggak pernah menegur-sapa teman itu lagi. Makanya pas di ngajak berhubungan lagi via FB, aku tolak. Aku nggak bisa percaya dia lagi soalnya. Seseorang yang bisa mengorbankan nama temannya untuk kepentingan dirinya sendiri, nggak berhak disebut sebagai "teman".

      Delete