Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)

Thursday, January 17, 2013

Picture Perfect Winter 2013: HIGHS & LOWS

I was standing on some stairs looking down the park below and saw another set of stairs descending to the park ground. The autumn leaves were glowing from the sun rays, beaming with beauty. All was calm and pretty at Edgewood Park in New Haven, Connecticut, as I feasted my eyes with more breathtaking autumn views.

Now leaf and vine turn golden brown,
And purple asters shine
Along the roads where Autumn runs,
Drunken with mystic wine.
The  world is one vast tapestry
Of intricate design. 

          (Charles Hanson Towne)



My post this week for Picture Perfect Winter 2013: HIGHS & LOWS.



Thursday, January 3, 2013

Jadi Sebetulnya, Siapa Cinta Pertamamu?

Gara-gara keseringan membuka email lewat telepon genggam, begitu harus membukanya di laptop, saya lupa password-nya, ditambah lagi karena laptop saya dianggap "tidak dikenal", jadi kesusahan saat mau log in. Lalu terbuka pilihan untuk melakukan pengakuan bahwa account email tersebut milik saya dan saya sendiri yang membukanya. Dimintalah verifikasi dengan pertanyaan pribadi: WHO IS YOUR FIRST LOVE? Dengan keyakinan diri 100% saya ketik sebuah nama. Tahu-tahu tanggapan dari sana, "wrong answer". Saya terkejut, diam sesaat kemudian memasukkan nama kedua. Mungkin orang kedua ini yang saya masukkan jadi jawaban "first love" saya. Nyatanya, "wrong answer" lagi. Jadilah saya garuk-garuk kepala,"Hhmm... mungkinkah si X?" Untuk ketiga kalinya saya ketik lagi sebuah nama dan lagi-lagi jawabannya, "wrong answer". Sewaktu akhirnya saya pasrah memasukkan jawaban keempat, nama panggilan seorang tokoh yang jadi kesayangan saya, ternyata masih salah juga jawabannya. Jadi siapa sebetulnya cinta pertama saya itu?

Membahas mengenai cinta pertama, masing-masing orang punya pengartian yang beragam. Suatu ketika saat saya mengobrol dengan seorang kawan lama, muncullah cerita tentang cinta pertama kami di sekolah. Baik kawan saya dan saya memiliki pandangan yang berbeda mengenai apa dan siapa cinta pertama itu. Menurut dia, cinta pertama adalah orang yang pertama kali jadi pacar kita. Menurut saya, cinta pertama adalah orang yang pertama kalinya saya cintai. Kenyataannya, pengartian cinta pertama beberapa kawan lainnya yang saya sempat tanyakan, berbeda-beda. Rata-rata jawabannya adalah orang pertama yang jadi pacar. Kalau kategorinya itu, saya akan langsung mencibirkan bibir karena membayangkan pacar pertama yang rasanya tidak cocok sama sekali saya berikan julukan "si cinta pertama".

Sementara itu, kalau cinta pertama mengacu pada orang pertama yang kita cintai pertama kali, maka ukurannya bisa lebih beragam lagi. Saya jadi ingat waktu SMP dulu suka diolok-olok dihubungkan dengan seorang cowok yang pernah dua tahun sekelas. Anehnya, saat sesudah puluhan tahun berlalu pun, yang diingat beberapa kawan SMP saya adalah cowok itu, begitu mereka bertegur-sapa dengan saya lewat online. Pertanyaan seragam yang saya dapati,"Masih ingat si Anu, tidak?" Ada yang sempat mengungkapkan sebuah pertanyaan lain,"Si Anu cinta pertama lo, kan?" Tentu tidak, jawabnya. Cinta monyet bukanlah cinta pertama. Itu versi saya.

Jadi siapa sebetulnya cinta pertama saya, yang namanya saya jadikan jawaban untuk menembus verifikasi account email? Maka tiga nama bisa jadi kandidat. Nama pertama, kategori cinta pertama karena dia yang pertama kali "sreg" di hati. Nama yang pertama kali saya tulis di buku diary dengan sebuah gambar hati di dekatnya. Kalau nama yang tadi masih salah, maka nama kedua bisa jadi kandidat berikutnya. Sebuah nama yang artinya raja, yang pemiliknya jadi sumber semangat saya bertahun-tahun. Tapi nama pertama dan kedua tidak pernah jadi seseorang yang istimewa lebih dari teman. Sedangkan nama ketiga, bisa jadi kandidat utama. Nama yang dekat hubungannya kalau mencari arti dari kangen. Seseorang yang paling bisa saya nyatakan pernah mengisi hati. Kalau ketiga nama itu ternyata bukan jawabannya, maka jadilah sebuah misteri yang bakal membuat saya penasaran sepanjang hari.


(Meski begitu, tiga nama yang boleh jadi "cinta pertama" itu tetaplah tak ada artinya dibanding cinta terakhir saya.)

Wednesday, January 2, 2013

Berkunjung ke MIT Museum (2)

Di lantai dua gedung MIT Museum, berseberangan dengan ruang pameran robot-robot yang mewakili bidang Artificial Intelligence, terdapat beberapa benda unik yang dipamerkan. Benda-benda tersebut berupa mesin-mesin kinetik yang digabungkan dengan sentuhan seni yang eksentrik karya Arthur Ganson. Karya-karya Arthur Ganson ini dimasukkan kategori seni patung, meski rupa dari karyanya lebih mirip dengan mesin-mesin yang bekerja layaknya di sebuah pabrik. Penggabungan teknik kinetik dan seni yang dipamerkan di MIT Museum ini benar-benar membuat decak kagum. Sebab benda sederhana seperti sehelai daun artichoke bisa menjadi obyek yang seakan berjalan karena mesin kinetik. Selain itu ada pula tulang ayam (wishbone) yang seakan menarik sebuah mesin, meski sebetulnya sebaliknya, mesin kinetiknya yang menggerakkan tulangnya.

Ada pula karya yang lucu yang berupa gerobak kecil yang untuk bekerjanya seseorang harus mendorongnya berkeliling. Di atas gerobak tersebut, tiga buah cacing logam yang bergerak perlahan seperti layaknya seekor cacing, setiap gerobaknya berjalan. Karya Arthur Ganson lainnya ada yang bisa membuat tersenyum, seperti sebuah photo seorang pria yang memakai scarf dan scarfnya bisa bergerak seakan ditiup angin yang dihasilkan oleh mesin kinetiknya. Ada pula karyanya yang cukup seram, yaitu berupa boneka bayi yang bisa bergerak karena dorongan beberapa tiang penyangganya yang bergerak. Silahkan melihat sendiri kehebatan mesin-mesin kinetik Arthur Ganson dan beberapa karyanya yang unik dan menarik. Saya salut sekali dengan karya-karya Arthur Ganson yang terlihat kejeniusannya di tiap detail.

(KLIK link di atas "Arthur Ganson", untuk menyaksikan video bagaimana mesin-mesin unik ini bekerja)

 THINKING CHAIR



MACHINE WITH BALL CHAIN
 


MACHINE WITH WISHBONE



MY LITTLE VIOLIN



MACHINE WITH BALL



MACHINE WITH ABANDONED DOLL



MACHINE WITH 23 SCRAPS OF PAPER


Tuesday, January 1, 2013

Berkunjung ke MIT Museum

Sabtu pagi terakhir di tahun 2012, kami sampai di kota Cambridge, tepatnya di jalan bernama Massachusetts Avenue. Tujuan kami di hari yang mendung itu adalah MIT Museum. MIT atau Massachusetts Institute of Technology, adalah satu dari sekian banyak perguruan tinggi yang ada di kota Boston dan sekitarnya. MIT didirikan oleh William Barton Rogers pada tahun 1861 dan merupakan satu dari perguruan tinggi terbaik di Amerika Serikat, terutama yang menyangkut bidang-bidang ilmu pengetahuan alam dan matematika. Jadi sudah terbayang apa saja koleksi MIT Museum, yang saat kami datangi baru saja buka itu. Museum ini cocok sekali untuk anak-anak terutama seusia anak-anak kami, antara 9-13 tahun.

Di lantai dasar MIT Museum terdapat beberapa obyek seperti hologram besar bergambar penyanyi reggae Bob Marley. Ada juga beberapa komputer yang berisi penjelasan mengenai obyek yang sedang dipamerkan, atau seperti yang dimainkan putri kami, sebuah game yang mengacu pada tes psikologi para pemainnya. Game ini bernama Gambit, berupa permainan seperti puzzle yang pemainnya berusaha mencocokkan benda-benda tertentu pada pasangannya. Kalau pemainnya gagal mencocokkan dengan cepat, maka akan muncul kata-kata ejekan yang cukup menyakitkan, menghina si pemain. Lantai pertama MIT Museum tidak memiliki ruang terpisah antara tempat pembelian karcis yang sekaligus pusat info, tempat beberapa obyek dipamerkan dan toko souvenirnya.






Di lantai dua MIT Museum, begitu menaiki tangga, obyek yang dipamerkan adalah beberapa macam jenis kamera Polaroid dari berbagai tahun produksi dan juga prototype-nya. Edwin Land menemukan kamera instant Polaroid di Massachusetts pada tahun 1947. Beberapa hasil jepretan selagi masa percobaan kamera Polaroid baru saja ditemukan ada pula, termasuk photo-photo Edwin Land. Di dinding yang berlawanan dengan rak kaca berisi berbagai kamera Polaroid, terdapat photo Lady Gaga yang diambil dengan sebuah kamera Polaroid kuno yang turut dipamerkan.




Selain pameran tentang kamera Polaroid, di lantai dua MIT Museum memajang berbagai hasil penelitian dalam bidang Artificial Intelligence berupa robot yang beragam kebisaannya. Ada robot yang diberi nama Kismet, yang bisa mengenali hubungan sosial dengan manusia dan menanggapinya lewat mimik wajah yang beragam sesuai emosinya. Ada pula robot yang menyerupai tuna, yang dibuat untuk meneliti teknik renang ikan tuna. Tiap obyek yang dipamerkan di MIT Museum bisa membuka wawasan tiap pengunjung tua dan muda mengenai perkembangan teknologi dan keterlibatan MIT dengan berbagai segi kehidupan di masyarakat.