Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)

Saturday, August 11, 2012

Jagalah Aib Anakmu, Jangan Over Sharenting

Jaman sekarang rasanya tidak aneh bagi sebagian orang tua untuk menampilkan photo-photo anak-anaknya atau bercerita tentang kebisaan, kekurangan dan kelebihan mereka. Sejalan dengan berkembangnya dunia networking melalui Facebook, Twitter, blog dan lain-lain, yang namanya "sharenting" alias shared-parenting sudah sangat dimaklumi. Tapi sayangnya, segelintir orang tua suka lupa atau mengabaikan kenyataan bahwa anak-anak juga butuh yang namanya privacy. Meski mereka masih muda, bayi atau balita, misalnya, bukan berarti hal-hal dari mereka bisa dibuka di depan umum begitu bebasnya. Contohnya, memajang photo-photo bayi atau balita tanpa sehelai pakaian pun.

Bayi atau balita memang lucu sekali. Tubuh mereka yang bentuknya kadang membuat gemas bukan main bisa membuat orang tua lupa diri. Apalagi kamera mudah sekali didapat makin memudahkan para orang tua untuk unjuk gigi keunikan anaknya masing-masing. Hal yang suka dilupakan adalah kelucuan dan keluguan anak-anak bukan selalu hal yang mesti disebarluaskan. Tidak perlu bersungut-sungut membahas adanya orang-orang gila yang berbahaya terhadap anak-anak, itu tentunya harus dinomorsatukan untuk selalu waspada. Hal yang suka diabaikan dan dilupakan para orang tua adalah anak-anak juga bisa merasakan malu dan tidak nyaman.

Beberapa kali saya menjumpai photo-photo anak dalam keadaan yang membuat saya kurang nyaman karena "full frontal nudity" atau photo bugil tampak depan dari seorang anak. Bisa jadi si anak masih bayi yang belum tahu apa-apa. Tapi apakah sebegitu perlunya untuk mengambil photonya dalam keadaan bugil yang lalu diberitahukan ke banyak orang tentangnya? Meski si anak sedang berenang atau mandi dan mau tidak mau mesti telanjang. Saya juga punya photo anak-anak dalam keadaan yang menggiurkan saat mereka bayi dan balita, tapi itu cuma untuk mata kami saja. Keluarga dan saudara lainnya pun tidak kami bagi photo-photonya. Sebelum kita memasang sebuah photo di jalur network tertentu, pikirkan baik-baik adakah gunanya.

Mungkin orang tua lain akan bilang itu hak mereka untuk berbagi cerita lewat gambar-gambar anak mereka. Tapi hak seorang anak juga untuk dihormati kehormatannya dan keberadaannya. Kalau memang harus memperlihatkan photo anak yang banyak terlihat bagian tubuhnya, usahakan bagian kemaluannya selalu ditutup. Kelak anak akan tumbuh besar dan mengerti photo-photo itu. Jangan sampai dia merasa malu dan jadi minder mengetahui photo dirinya dalam keadaan bugil disebarluaskan orang tuanya. Hal yang lain, jangan pula menyebarluaskan keburukan anak di dunia network. Sebagai orang tua kita harus maklum, anak itu kadang berubah sikap dan sifatnya sesuai usia mereka. Jangan menggossipkan mereka di dunia maya. Anak-anak juga punya perasaan kan?
Kalau kita tidak mau digossipkan orang, anak tentu juga merasa demikian.



D. Yustisia

(Terbit di dianadji.multiply.com  4 Juni 2012)

No comments:

Post a Comment