Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)

Thursday, November 29, 2012

Suka-Duka Menonton Macy's Thanksgiving Parade

Begitu hari Kamis di saat perayaan Thanksgiving kemarin tiba, sekitar pukul 3 pagi saya sudah bangun. Lalu saya bangunkan anak-anak yang langsung bersiap tanpa terdengar keluhan sedikit pun. Kegiatan seperti ini sudah kami jalani keempat kalinya demi untuk melihat perayaan Thanksgiving di New York City. Sebagian besar orang punya tujuan tertentu saat Thanksgiving, hari bersyukur nasional. Mereka biasanya mengunjungi orang tua atau keluarga layaknya mudik di Indonesia saat Lebaran. Tapi kami tidak punya tujuan seperti itu, dimana kami harus bertemu dan berkumpul dengan keluarga besar, jadi perayaan Thanksgiving ala keluarga kami adalah dengan berjejalan di jalan di Manhattan menunggu pawai yang diadakan Macy. 

Macy adalah salah satu department store terkemuka di Amerika. Para pegawainya yang berupa pendatang, mencetuskan pawai untuk merayakan Natal di tahun 1924 yang kemudian berubah menjadi pawai Thanksgiving. Pawai ini ternyata mendapatkan sambutan yang sangat baik sehingga diadakan tahunan dengan penonton yang bisa mencapai 4 juta orang yang melihat langsung dan 50 juta orang yang melihat lewat televisi. Begitu meriahnya pawai ini sampai-sampai orang mau datang lebih pagi supaya mendapatkan tempat yang paling enak dan nyaman. Seperti saat kami berada di keramaian orang-orang yang sabar menunggu pawainya datang, ada yang membawa selimut untuk duduk di trotoar, kursi lipat, bahkan tenda buat yang sengaja bermalam di jalan. Semua orang yang rela berdiri selama bisa lebih dari 2 jam, kadang di tengah udara dingin, bersemangat karena hari Thanksgiving adalah hari istimewa. 



Tiap kali kami datang menonton pawai Thanksgiving, tiap kali itu pula pengalaman menarik kami dapatkan. Selain kami bisa melihat dari dekat para celebrities yang bisa jadi adalah favoritnya anak-anak, kesempatan untuk bersorak-sorak dan mengelu-elukan siapapun yang lewat. Saat itu juga jadi kesempatan untuk bertemu dan berkenalan dengan orang dari berbagai asal dan kalangan. Tahun lalu untuk mengisi waktu tunggu, saya berkenalan dengan seorang wanita dari Inggris yang aksennya sangat kentara. Dia datang ke Amerika bersama 3 keponakan wanitanya, penasaran ingin tahu bagaimana perayaan Thanksgiving di sini. Obrolan kami ngalur-ngidul sampai tidak terasa pawainya mendekat. Tahun ini, saya berkenalan dengan pasangan yang suaminya orang Costa Rica dan istrinya orang Equador. Putri mereka terlelap di pelukan ibunya, sementara anak laki-laki mereka berdiri sendirian di barisan paling depan bersama anak-anak lain termasuk dua anak kami. Di kumpulan kami saat itu, ada seorang ibu African-American yang asli New Yorker, seorang bapak China, sebuah keluarga Amerika Selatan, seorang bapak bule separuh baya yang pendampingnya seorang wanita Asia yang asyik berdandan di depan umum, beserta 2 pasang muda-mudi yang tidak sungkan memperlihatkan kemesraan mereka.



Pawai Thanksgiving tahun ini serasa lebih istimewa karena diadakan sesudah daerah New York terkena hurricane Sandy yang merugikan hingga jutaan dollar. New York City yang terkenal sebagai kota yang tak pernah mati, tiba-tiba karena Sandy menjadi kota mati yang gelap-gulita. Beberapa korban Sandy hadir menonton pawai ini untuk menghibur diri dan sekaligus menyemangati korban lainnya yang masih mengungsi karena keadaan yang masih belum pulih di daerah mereka. Pawai kemarin adalah pawai yang membawa harapan dan semangat untuk pulih kembali sesudah bencana terjadi. Sedangkan untuk saya pribadi, menonton pawai kali ini pertama kalinya sambil menahan emosi akibat orang yang kurang tahu diri. Di dekat kami ada seorang ibu yang datang bersama ibunya yang sepuh. Rupanya anaknya menjadi salah satu anggota marching band yang tampil. Bukan main gayanya yang seperti orang penting mencela balon A atau B, menilai marching band X atau Y dan berkomentar layaknya dia seorang ahli. Belum lagi ditambah dengan gayanya yang norak dan berisik dengan teriakannya yang memekakkan telinga serta keegoisannya yang kurang perduli orang lain. Sementara itu, di sebelah kanan saya, seorang ibu dengan lonceng sapinya membunyikan dengan kencang kapan saja untuk dapat perhatian dari para pengisi pawai. Klonteng! Klonteng! Suara loncengnya bersahutan dengan teriakan si ibu lain di sebelah kiri saya. Serasa lengkap rasanya perayaan Thanksgiving saya hari itu. Meski begitu, saya mendapatkan banyak hasil jepretan yang bagus dan yang utama, sempat melihat langsung para celebrities yang mengisi acara. 

Balon-balon Macy's Thanksgiving Parade





 Kelompok THE WANTED dari Inggris



Penyanyi Flo Rida



 Pemain basket Karim Abdul-Jabar


Atlit-atlit gymnastic peraih medali di Olympiade di Inggris
 


Friday, November 23, 2012

Penonton Pawai Yang Unik & Lucu

Diantara jutaan orang yang hadir menyaksikan langsung pawai Thanksgiving yang diselenggarakan oleh Macy di kota New York, beberapa berusaha meramaikan melalui apa yang dipakai mereka. Terlihat diantara puluhan kepala di seberang jalanan yang saat itu jadi tempat kami berdiri, sepasang mata dari tokoh yang sudah dikenal oleh banyak orang. Bisa menerka siapakah tokoh itu? Tua-muda, tidak perduli usia, beberapa memperlihatkan sisi humor dirinya dengan berpakaian yang menarik dan lucu atau sekedar memakai topi yang bertema Thanksgiving. Bisa dipastikan, orang-orang yang dengan sabarnya menunggu kedatangan pawai dan turut berseru serta bersorak dan mengelu-elukan tiap tokoh berupa balon, artis dan pengisi pawai yang lewat, merasakan keistimewaan di hari Thanksgiving dengan keunikkan mereka. 

Tebak siapa itu?

 



Kompak memakai topi unik



Topi bertema Thanksgiving Turkey





Tragedi Saat Macy's Thanksgiving Parade

Tidak ada yang tahu misteri dibalik usia seseorang sampai saat orang tersebut tiada. Di saat perayaan hari dimana semua orang di Amerika bersyukur, dimana jutaan orang bersorak-sorak, bersenang-senang melihat pawai tahunan yang diselenggarakan Macy, sebuah tragedi terjadi di depan mata. Hari Kamis kemarin, saya dan keluarga berada di tengah-tengah manusia yang gegap-gempita merayakan Thanksgiving di pusat kota New York. Tiba-tiba perhatian saya dan juga banyak orang yang berada di 39th Street dan 6th Avenue adalah sebuah kerumunan kecil di tengah jalan. Saya bisa melihat salah satu badut yang turut meramaikan pawai terlentang di atas jalan, sementara beberapa polisi berjaga-jaga di sekelilingnya dan juga beberapa orang yang sepertinya bagian dari panitya pawai dan detektif. Di saat yang sama, pawai tetap berjalan. Orang-orang yang membawa balon, mobil hias atau float tetap berjalan, diarahkan oleh seorang panitya. 

Dari balik kerumunan yang saya terus perhatikan itu terlihat seorang wanita mengangkat kaki badutnya (yang saya duga seorang laki-laki berdasarkan ukuran tubuhnya). Cara ini adalah usaha untuk mengatur peredaran darah. Lalu sesudah itu saya lihat seorang wanita melakukan CPR pada korban dan tak lama digantikan oleh wanita lainnya menekan dada pak badut yang masih tetap terkapar tak berdaya. Perlahan ada perasaan tidak enak menyusup di hati saya. Beberapa penonton pawai yang juga memperhatikan upaya pemberian CPR dan lain-lainnya saling bertukar keprihatinan. Saya menduga kalau pak badut itu sudah tiada, mendasarkan pada upaya CPR yang cukup lama dilakukan yang sepertinya tidak memperlihatkan hasil yang diharapkan. 




Kira-kira 5 menit sejak saya melihat pak badut itu berada di jalan, akhirnya sebuah ambulance datang. Beberapa orang terdiri dari polisi dan paramedic mengangkat tubuh pak badut dan saya lihat tangannya terjatuh lunglai. Dari situ dugaan saya makin kuat dan tadi pagi saat membuka sebuah website surat kabar, saya terbelalak membaca artikel yang memberitakan sebuah tragedi yang terjadi saat pawai Thanksgiving berlangsung. Tentang kepergian seorang bernama Robert Blasetti berusia 67 tahun. Dia dan istrinya turut memeriahkan pawai Thanksgiving menjadi badut dan meniupkan balon untuk anak-anak yang menonton. Saat mendiang Robert Blasetti melewati 39th Street dan 6th Avenue, dia mendapat serangan jantung yang fatal dan tidak tertolong. Semoga hal terakhir yang dia lakukan adalah hal yang menyenangkan buatnya. Karena dia sudah berusaha menyenangkan orang lain di hari terakhirnya di saat semua orang merayakan rasa syukur.




Tuesday, November 13, 2012

Field Trip Menonton Opera

Hari pertama masuk sekolah sesudah sekolah ditutup terpaksa karena hurricane Sandy, Bayu dan beberapa temannya dipilih untuk ikut menonton opera yang ditampilkan mahasiswa Yale School of Music jurusan opera. Guru vocal di sekolah anak-anak meminta saya khusus untuk menjadi chaperone atau pendamping kelas. Saya tentu saja senang, juga GR. Sudah beberapa kali saya jadi ortu pendamping, tapi baru kali ini diminta khusus. Pukul 10 pagi saya menunggu kedatangan bis sekolah yang mengantarkan anak-anak beserta guru-gurunya di depan Sprague Hall, tempat opera akan berlangsung. Sprague Hall merupakan salah satu gedung tempat beberapa kegiatan seni yang diadakan Yale University diadakan. Tempat ini juga adalah tempat putri sulung kami beberapa kali unjuk kebisaan bermain biola.

Begitu kami masuk ke dalam ruangan utama Sprague Hall bernama Morse Hall, tidak lama lampu menjadi temaram dan seorang pemain opera memakai celana training dan atasan kaos bola, memulai pertunjukkan. Pemain ini, salah satu mahasiswa jurusan opera Yale School of Music, menyanyikan salah satu lagu dari opera The Barber of Seville. Suaranya lantang terdengar di segala penjuru, menyanyikan bait demi bait dalam bahasa Italy. Sambil berolah-raga, sang pelakon menyanyi, menggambarkan improvisasi opera bertema klasik dengan kegiatan sehari-hari seperti sit-up atau peregangan badan sambil mendendangkan Figaro Aria. The Barber of Seville bercerita tentang Figaro, seorang tukang cukur yang laris-manis usahanya.

Sesudah itu adegan berikutnya berupa cuplikan dari opera L'elisir D'amore atau Elixir of Love menceritakan seorang gadis bernama Adina yang jatuh hati pada seorang jejaka yang digilai-gilai banyak wanita di kotanya. Jejaka ini, si Nemorino yakin dia digila-gilai para wanita karena dia meminum ramuan cinta dari Dr. Dulcamara. Padahal dia didekati karena baru saja mendapatkan warisan dari pamannya. Sementara itu Adina yang ingin menarik perhatian Nemorino, dirayu oleh sang dokter untuk meminum ramuannya juga. Para pelakon utama cuplikan opera ini ada 3 orang: seorang soprano yang menjadi Adina, seorang bariton-tenor yang menjadi Dr. Dulcamara dan yang menjadi Nemorino, seorang bariton. Mendengarkan suara pelakon Dr. Dulcamara, saya jadi kesengsem suaranya yang sangat bagus, benar-benar bagus. 

Cuplikan opera terakhir berasal dari The Pirates of Penzance dari tiga judul opera yang ditampilkan mahasiswa-mahasiswa Yale School of Music jurusan opera. Untuk masuk ke jurusan ini, mereka harus menjalani audisi dan dari 300 orang yang mendaftar, hanya 7 orang saja yang diterima. Saringannya sangat ketat, berupaya untuk mendapatkan pemain-pemain opera yang jempolan. Setelah The Pirates of Penzance selesai, para pemain berdiri menghadap penonton yang mengelu-elukan mereka dan memberikan penghormatan lewat "standing ovation". Kemudian acara dilanjutkan dengan tanya-jawab antara murid-murid sekolah yang hadir menonton opera dengan para pemainnya. Tanya-jawab berlangsung sangat seru, membuktikan kalau operanya bisa menarik perhatian murid-murid SD dan SMP yang hadir. Program seperti ini yang berusaha mengenalkan atau meningkatkan kecintaan pada seni, kerap kali dilakukan dengan dukungan dari beberapa universitas terkemuka di negara bagian Connecticut dan pihak swasta. 

Adegan dari Opera The Pirates of Penzance





 Saat acara tanya-jawab antara murid-murid dan pemeran opera










Monday, November 5, 2012

Terong dan Veal Fra Diavolo

Pada dasarnya, saya itu kurang suka makan terong. Kalau mendiang mama dulu masak Lodeh pakai terong, saya setengah hati makannya. Tapi suami saya suka makan terong. Saat kami pergi ke supermarket Minggu lalu, kami melihat seonggok terong besar yang montok bentuknya dan ungu gelap warnanya. Suami saya melihat itu langsung mengambil satu dan menyodorkan ke saya,"Kamu bikin sesuatu deh", mintanya. Sesudah itu saya berpikir, enaknya dimasak dengan daging dan saya memilih "veal" atau daging sapi muda. Tapi ternyata menentukan bumbu apa yang saya mau pakai untuk memasak terong dan veal-nya cukup lama, sementara suami menagih terus. Hari ini, saya menimbang sekaligus karena penasaran, saya memutuskan untuk membuat saus Fra Diavolo. Kebetulan suami pernah penasaran Fra Diavolo itu apa. Yaitu saus pedas yang sebetulnya tidak ada patokan bahan dasarnya mesti tertentu, tergantung si pemasaknya. Fra Diavolo berarti "brother devil" muncul dari sebuah legenda dari Italy dan diciptakan oleh orang Italy yang ada di Amerika. Fra Diavolo versi saya ternyata benar-benar mantap, padahal saya benar-benar menjajal saja memasukkan bahan A, B, C. Silahkan yang tertarik dengan resepnya, ada di bawah ini:


TERONG & VEAL FRA DIAVOLO


BAHAN-BAHAN:

1 Buah terong ukuran besar
1 Pound daging veal (jenis yang untuk stew)
4 Buah cabai merah besar (jenis long hot pepper)
2 Buah tomat (saya memakai yang jenis tomato on the vine)
4 Buah bawang putih
Separuh bawang bombai
1/8 Sendok teh bumbu Five Spices
2 Lembar daun salam
Caraway
Cilantro (pakai yang segar atau kering)
Thyme
Minyak goreng

CARA MEMBUATNYA:

 

1.  Potong terongnya seukuran dengan daging veal-nya. Taburkan garam sedikit ke atas daging veal-nya dan diamkan beberapa saat. 

2.  Potong bawang bombainya menjadi kotak-kotak kecil, dan geprak bawang putihnya.

3. Masukkan ke dalam blender, tomat, cabai merah dan 1/8 bumbu Five Spices. Tambahkan minyak goreng, lalu haluskan dan sisihkan.

4. Panaskan wajan dan tuangkan minyak goreng. Tumis potongan bawang bombai dan bawang putih sampai wangi, lalu masukkan daging veal-nya. Biarkan daging sampai berubah warna bolak-balik.

5. Masukkan bumbu halus campuran tomat, cabai dan Five Spices dan daun salam ke dalam wajan. Aduk-aduk lalu tambahkan thyme dan caraway.

6. Tunggu sampai 10 menit, kemudian masukkan potongan terong. Tambahkan rajangan cilantro dan masak dengan api kecil sampai daging terlihat empuk, tapi jangan sampai terongnya hancur.

7. Hidangkan, bisa dimakan begitu saja atau pakai nasi.


Selamat mencoba!






Penemuan Mencengangkan Akibat Hurricane Sandy

Saat hurricane Sandy melanda bagian timur Amerika Serikat hari minggu lalu, banyak pohon-pohon patah atau tumbang hingga akarnya karena angin kencang. Salah satu pohon yang tumbang adalah sebuah pohon oak tua di alun-alun kota New Haven. Pohon ini ditanam tahun 1909 oleh Admiral Foote Post dalam rangka memperingati ulang tahun ke-100 kelahiran Abraham Lincoln. Karena itu pohon oak ini disebut sebagai Lincoln Oak. Ternyata diantara akar pohon oak itu ada seusatu hal yang mencengangkan, sebuah tengkorak dan tulang-belulang manusia. Penemuan tersebut seakan pas sekali dengan perayaan Halloween yang dirayakan di hari Rabunya, dua hari sesudah hurricane Sandy menggemparkan wilayah timur Amerika. Begitu penemuan tersebut dilaporkan ke pihak berwenang, segeralah penyelidik dari "crime scene unit" meneriksa tengkorak dan tulang-belulangnya. 

Dari penyelidikan yang dibantu oleh bagian Anthropology Yale University tengkorak dan kerangka manusia yang terangkat bersama dengan Lincoln Oak diduga dikubur di situ saat alun-alun New Haven masih berupa tempat penguburan umum. Diperkirakan antara tahun 1600 - 1700, alun-alun dijadikan tempat menguburkan korban dari wabah penyakit Smallpox yang melanda New England yang baru saja dibuka oleh pendatang dari Inggris. Di dekat alun-alun ada beberapa gereja tua, yang salah satunya dibangun tahun 1600-an, jadi kemungkinan tengkorak dan tulang-belulang yang ditemukan dikubur di situ karena terletak dekat gereja. Saya berkesempatan melihat dari dekat, meski di luar "police tape" yang mengelilingi pohon oak. Saat saya ke sana, penyelidikan masih terus dilakukan berusaha mencari serpihan dan bagian tulang manusia yang tersisa.