Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)

Tuesday, October 30, 2012

Sesudah Kedatangan Sandy

Tape berwarna kuning bertuliskan CAUTION masih terikat di bagian pagar halaman depan kami. Di sudut trotoar teronggok tape yang sama dengan beberapa meter kabel yang sepertinya terputus akibat badai kemarin. Tong-tong sampah di belakang rumah terguling dan tumpah, sementara dua lainnya berpindah tempat terdorong angin kencang. Pemandangan inilah yang saya lihat pertama kali saat keluar rumah sesudah yakin hurricane Sandy sudah berlalu. Angin masih bertiup kencang, sesekali masih terdengar suaranya yang menderu-deru menyeramkan. Langit masih abu-abu seakan menunggu saat untuk menumpahkan hujan. Saya putuskan untuk berjalan berkeliling untuk memeriksa keadaan lingkungan sekitar, sekaligus menjawab keingintahuan saya tentang dampak dari Sandy.

Kemarin malam jalan di sebelah rumah kami tiba-tiba ditutup dan pagi ini saya jadi maklum kenapa. Sebuah pohon besar yang tadinya berdiri di pinggir trotoar tumbang beserta akarnya. Badan pohon menggantung mengerikan ke atas beberapa kabel, dan bagian badan atasnya jatuh ke lantai teratas sebuah rumah. Sementara itu, ada kabel yang menggantung rendah sekali diantara jalan. 



Saya meneruskan perjalanan menuju ke arah laut yang jaraknya kira-kira cuma 1/2 mile dari tempat tinggal kami. Laut yang memisahkan kota tinggal kami dengan kota tetangga masih terlihat tinggi permukaannya. Ombak masih terlihat bergerak dengan kuat seiring angin yang bertiup kencang. Saat itu saya berada di sebuah taman yang selalu digunakan warga untuk bermain sepak bola, memandangi laut yang masih bergolak. Inilah salah satu kekuatiran saya kemarin, kalau air laut naik  atau kalau sampai ombaknya tinggi sekali, air akan masuk dan menuju ke jalan utama dimana kami tinggal. 





Di beberapa halaman rumah tetangga serpihan demi serpihan atau potongan dari bagian rumah mereka tersebar di halaman atau jalan. Genting yang terlepas, canopy yang copot dari tempatnya di depan sebuah rumah, pelapis pinggiran atap rumah terkelupas atau saluran hujan yang copot, semuanya akibat angin kencang kemarin. Di sebuah halaman gedung apartemen yang tadinya adalah gedung sekolah, tiang benderanya yang tadinya terlihat gagah berdiri, ambruk ke tanah.






Pikiran saya saat hurricane Sandy melanda adalah seputar tiga pohon yang ada di sekeliling rumah kami. Pengalaman saya selama ada badai berlangsung adalah pohon itu bisa menjadi bahaya tersendiri. Saya pernah melihat sendiri beberapa tahun lalu sewaktu badai membuat dahan pohon patah, jatuh ke atas kabel listrik, yang kemudian putus dan mengeluarkan api. Yang lebih mengerikan lagi adalah kabelnya masih hidup sementara di jalan genangan air menunggu karena salju yang turun. Tidak adanya jaminan pasti kalau pohon-pohon di sekitar kami akan baik-baik saja saat diterpa angin kencang inilah yang membuat was-was. Beberapa kemungkinan buruk bisa terjadi termasuk kalau pohon di bagian samping dan belakang jatuh, bisa menimpa kamar tidur kami, atau menimpa garasi dan mobil. Kemungkinan lain tentunya kalau sampai tumbang bisa menimpa rumah tetangga, yang tentu juga sesuatu yang tidak kami inginkan. Kehebatan terpaan angin kemarin terbukti di sepanjang jalan saat saya berkeliling tadi. Pohon kecil dan besar, baik itu yang muda atau tua, seakan dengan mudahnya patah jadi dua atau tercabut sampai akarnya. Bahkan semen pun tidak kuasa menahan, terangkat begitu saja seakan kertas. Sebuah pohon besar di alun-alun kota rebah tak berdaya menimpa papan nama kota dan menjadi simbol kedatangan Sandy yang menghebohkan.





 

 Pohon besar di alun-alun kota yang tumbang jadi simbol kehebohan hurricane Sandy






Monday, October 29, 2012

Sebuah Kecelakaan di Ocean Avenue

Pagi itu, hari Selasa yang cerah. Saya sudah berniat untuk ke toko ketrampilan memenuhi keinginan si bungsu yang punya tugas membuat diorama. Saya naik bis J menuju kota tetangga yang merupakan pusat belanja yang cukup besar, ada pusat pertokoan dan sebuah mall. Rute bis J ini menurut saya yang paling nikmat. Sebab rutenya melewati pantai West Haven dan Milford yang pemandangannya termasuk bagus. Kalau summer tiba, pemandangan pantainya pun mirip dengan pantai di Florida, yang diisi dengan wanita berbikini dan pria bertelanjang dada. Perjalanan yang menyenangkan selama 30 menit selain melihat pantai, juga rumah-rumah cantik yang beberapa merupakan rumah bersejarah yang dibangun tahun 1700-an atau 1800-an. Begitu saya berada di bis kota, saya memilih duduk di bagian belakang bis yang agak menaik. Saya duduk dekat jendela di sebalah kanan bis. Saya memilih mendengarkan musik dari cellphone sambil membaca buku Sherlock Holmes yang masih belum tamat juga.

 Setelah beberapa saat bis berjalan dengan santai, kami memasuki daerah pantai, tepatnya jalan bernama Ocean Avenue. Di jalan ini rumah-rumah cantik di pinggir pantai berjajar. Tiba-tiba saya merasakan bis berjalan perlahan dan saya menengadah melihat ke jendela. Saya langsung terpana melihat sebuah truck penebangan pohon mendekati dari arah kiri bis. Saya makin terbelalak dan menahan nafas, karena trucknya tidak berhenti melainkan mendekati sedikit demi sedikit menuju bis dan saya kuatir akan nasib penumpang yang berseberangan dengan saya. Dia duduk tepat di depan truck itu datang. Supir bis berusaha bergerak ke kanan, lalu... brak! Krak! Truck penebangan pohon itu menyeruduk bagian kiri bis tepat di samping supir bis berada. Saya sempat berteriak, kemudian linglung dan baru seakan-akan sadar telah terjadi tabrakan saat seorang ibu di belakang saya bertanya,"Are yo all alright?" Sekitar lima belas penumpang di bis ada yang menyahut, ada yang diam, selebihnya masih tertegun. Beberapa penumpang lalu keluar dari bis dan saling menyapa dan menanyakan keadaan masing-masing. Pak supir terlihat tenang meski keselamatannya hampir saja jadi korban.

Saya ikut juga keluar dari bis dan begitu di luar langsung memperhatikan keadaan sekeliling dengan seksama, dan langsung menelpon suami yang tidak berkomentar banyak mengenai kecelakaannya. Bis berhenti persis di halaman sebuah rumah di Ocean Avenue. Sementara truck yang menabrak kami rupanya parkir di daerah yang lain supaya tidak menghalangi lalu-lintas. Sisi kiri bis tepatnya di bagian supir, seperti dikoyak oleh truck tadi. Terdapat bukaan yang menunjukkan bagian mesin dan rangka bis. Bagian kaca depan bis retak dan terlepas dari rangkanya yang patah di tengah. Awalnya saya merasa tenang karena sepertinya tidak ada penumpang yang luka. Tapi beberapa saat kemudian, shock melanda, kaki saya gemetaran dan saya merasa lemas. Tidak lama sesudah tabrakan berlangsung polisi datang, disusul dengan truck pemadam kebakaran dan paramedic. Seorang polisi wanita meminta semua penumpang memberikan data masing-masing seperti nama, alamat, nomor telpon dan tanggal lahir, untuk dimasukkan ke laporan kecelakaan. Kemudian saya lihat pihak supervisor dari perusahaan bis datang memeriksa kerusakan dan keadaan supirnya.

 Sementara itu paramedic menanyakan masing-masing penumpang kalau ada yang merasakan dampak dari tabrakan. Karena dampak itu belum tentu terasa langsung, tapi baru beberapa saat kemudian, seperti "whiplash", yaitu cidera pada leher akibat hentakan, tarikan atau dorongan yang sedimikian rupa hingga membuat leher trauma. Saya sendiri diperiksa tekanan darahnya oleh paramedic dan diminta menandatangi formulir yang menyatakan saya sudah diperiksa tapi tidak mau dirawat atau dibawa ke rumah sakit. Selama 1 jam saya dan penumpang lain berada di tempat tabrakan menunggu bis pengganti yang akan mengantarkan kami ke tempat tujuan semula, datang. Tiga orang penumpang dibawa ambulans, entah apakah sebabnya berhubungan dengan tabrakan atau tidak. Sesudah urusan belanja saya selesai, saya pulang naik bis J lagi dan berusaha menahan emosi. Tiba-tiba saya sadar betapa sendirinya saya saat tabrakan terjadi. Suami maupun anak-anak tidak tahu saya ada dimana atau sedang apa. Mereka mengira saya di rumah, tenang mengerjakan pekerjaan rumah tangga atau hobby. Mau tidak mau saya terguncang menyadari kemungkinan buruk yang bisa terjadi, tapi tentunya bersyukur karena saya selamat dari bahaya.





Menjelang Kedatangan Sandy

Sandy, bukan seorang gadis cantik. Dia bukan juga seorang artis ternama. Tapi namanya berkumandang di televisi, radio dan tertulis di surat kabar dan internet selama beberapa hari dan ditunggu-tunggu dengan cemas. Kedatangannya tidak tiba-tiba, tapi dia tidak diundang untuk meramaikan musim gugur. Namun begitu, Sandy akan tetap datang, menyerang dengan ganasnya di beberapa negara bagian di daerah timur Amerika Serikat, sesudah memporak-porandakan negara-negara kecil di kawasan Carribia. Sandy mendatangi daratan Amerika membawa bencana. Bukan sekali ini kami menghadapi bencana berupa hurricane atau badai. Bagi orang-orang yang tinggal di wilayah timur Amerika berarti kemungkinannya mengalami berbagai macam badai, dari mulai yang berupa badai angin dan hujan, sampai berupa salju atau es. Dua tahun belakangan, badai terakhir yang kami alami masih terpatri dalam ingatan: hurricane Irene dan snowstorm di bulan Oktober yang tiba-tiba. Saat hurricane Irene melanda, angin berhembus dengan kuatnya hingga membuat beberapa pohon patah atau tumbang sampai ke akarnya. Saat snowstorm tahun lalu, banyak kawasan mengalami mati listrik sampai berhari-hari bahkan beberapa minggu.

Hal yang unik tentang hurricane Sandy ini, karena bukan cuma badai biasa tapi dua badai yang menyatu akibat dorongan suhu dingin dari Canada dan suhu panas dari Atlantic. Badai northeaster akan membawa salju, sementara Sandy membawa hujan dan angin. Pertemuan dua badai ini adalah daerah timur Amerika. Bahaya hurricane ditambah lagi dengan air pasang karena bulan purnama. Permukaan laut akan naik karena hurricane-nya ditambah pasang dari pengaruh bulan akan membahayakan daerah kawasan pantai. Karena itulah sejak kemarin diumumkan "mandatory evacuation" atau keharusan untuk mengungsi bagi warga yang tinggal dekat laut atau di seputar pantai. Di negara bagian New York, New Jersey, Connecticut sudah diumumkan adanya STATE OF EMERGENCY. Peringatan tentang hurricane Sandy sudah disebarluaskan sejak hari Jumat melalui televisi. Gubernur negara bagian kami membahasnya langsung didampingi oleh dua wakil dari dua perusahaan pemasok utama listrik. Ini dikarenakan saat snowstorm tahun lalu, listrik mati sampai berminggu-minggu di beberapa kota yang menyebabkan keadaan yang memprihatinkan. Banyak rumah menggunakan listrik untuk menyalakan penghangat, sehingga terbayang kalau listrik mati berarti tidak ada penghangat di sekian ribu rumah. Beberapa sekolah, gereja dan hotel menjadi tempat pengungsian.

Persiapan menghadapi hurricane Sandy buat kami sendiri agak membingungkan. Sebab apa yang harus kami sediakan dalam keadaan darurat, rasanya sudah cukup. Tapi perasaan kurang karena was-was tetap ada. Tadi sekitar pukul 3:30 sore telpon otomatis dari pihak kota melalui pemberitahuan gawat-daruratnya, menelpon tiap warga memberitahukan keharusan untuk mengungsi bagi yang tinggal dekat laut dan pantai, adanya tempat untuk mengungsi, larangan untuk parkir mobil di beberapa jalan tertentu dan hal-hal lainnya. Sebuah sekolah SMP dibuka sejak pukul 4 sore untuk tempat mengungsi. Di supermarket, beberapa rak kosong karena orang-orang berbelanja berusaha menyimpan bahan makanan untuk beberapa hari. Kebutuhan berupa air minum, battere, generator dan senter laris-manis mendekati kedatangan Sandy. Pihak sekolah melalui superintendent-nya memberitahukan lewat telpon kalau sekolah anak-anak akan ditutup selama dua hari. Sementara itu karena tidak akan ada pelayanan kereta menuju New York City maupun subway, banyak kantor di kota besar itu tutup besok menghadapi kemungkinan buruk. Saat ini angin mulai bertiup kencang, suasana sunyi bukan main. Tak ada satu pun kendaraan yang lalu-lalng di depan rumah, yang termasuk jalan utama kota. Kami hanya bisa menunggu dan berdoa, berharap Sandy tidak akan membawa bahaya yang parah bagi kami sekeluarga dan lingkungan sekitar. 

(Photo: halaman belakang rumah sebelum Sandy datang.)

Friday, October 5, 2012

Kesempatan Bertemu Celebrity di Jalan

Harap maklum, saya orang biasa. Jadi kalau suatu ketika saya bertemu dengan celebrity yang saya biasanya cuma bisa lihat lewat TV atau majalah, di jalan atau di suatu tempat, bisa dipastikan saya senang bukan kepalang. Sewaktu di tempat kerja saya dulu, boss saya pernah memperkenalkan saya dan teman kerja pada seorang pelanggan yang juga temannya. Temannya ini bekerja sebagai stuntman. Saya langsung bisa menebak dia jadi stunt double untuk siapa, yaitu Dennis Leary, tokoh utama di serial RESCUE ME. Nama pemain filmnya, Keith (klik DISINI untuk tahu rupanya dan film-film yang dia bintangi baik sebagai pemain pembantu atau stuntman). Setiap kali Keith mampir ke toko tempat saya bekerja, saya suka bertanya mengenai proyek terbarunya. Dia akan menjawab, kalau besok hari dia akan dibakar, atau harus terjun dari lantai sekian gedung, atau mengalami tabrakan mobil. Membayangkannya saja saya dan teman kerja yang mendengarkan uraian pekerjaannya langsung nyengir karena ngeri. Kalau suatu hari Keith ini datang ke toko dan dia bilang,"I'll be killed tomorrow", bukan suatu hal yang mengherankan tentunya.

Melihat celebrity Amerika di negeri mereka sendiri bisa jadi seperti sebuah mimpi yang jadi kenyataan. Seperti waktu misalnya saya bersama suami dan anak-anak sedang berjalan-jalan seputar Manhattan, kemudian melihat Ivanka Trump, putri Donald Trump yang cantik itu, sedang berdiri menunggu mobil jemputannya. Saya berjalan persis di belakang dia berdiri sambil bergumam, "Wow, tingginya!" Ya, Ivanka Trump memang tinggi apalagi ditambah dengan sepatu stilettonya yang 10 cm sendiri. Di lain kesempatan sewaktu sedang berbelanja di sebuah supermarket saya berpapasan dengan seorang aktor yang beberapa kali saya lihat berperan di sekian serial TV. Sayangnya, saya tidak pernah tahu namanya. Tapi saya hapal wajahnya yang cukup ganteng dengan rambut pirangnya. Si aktor sedang memilih-milih semangka dan saya terus memperhatikan berusaha mengingat-ingat pernah melihat dia di serial TV yang mana. Sampai detik ini, ternyata, saya masih belum bisa mengingatnya.

New York City bisa dibilang adalah tempat dimana kesempatan besar untuk bertemu dengan seorang celebrity bisa terjadi. Waktu itu saya, keluarga dan dua orang teman sedang berjalan-jalan di seputar South Street Seaport dan melihat sedang ada pengambilan film. Lewat pengumuman yang ditempelkan di tiang lampu, kami tahu crew film yang sedang kami lihat tengah mengambil gambar film terbaru Ben Stiller, berjudul THE SECRET LIFE OF WALTER MITTY. Saat itu rupanya baru saja diambil adegan yang membutuhkan stunts, karena meskipun kami tidak melihat pemeran utamanya atau sutradaranya, yaitu Ben Stiller sendiri, kami melihat dua orang stuntman utamanya sedang rehat. Pemeran stunt pertama, saya dan kawan saya yakin adalah stunt double untuk Ben Stiller karena perawakan serta rupanya hampir sama. Sementara stuntman satunya, lebih muda dan rupanya menjadi stunt double untuk seorang aktor lainnya. Setelah beberapa waktu lewat, akhirnya saya bisa menemukan nama dari aktor stunt yang kami temui di Manhattan, yaitu Greg Fitzpatrick dan John Lyke. Rasa penasaran saya dan tentunya kawan saya mengenai dua aktor tersebut akhirnya terjawab. Sekarang saya jadinya tahu siapa tokoh yang kami lihat diantara crew film Walter Mitty. Esok harinya, suami mengirimkan gambar lewat sms. Rupanya crew film White Collar sedang mengambil adegan dekat tempat kerjanya. Duh, sayang saya tidak ada di situ. Saya pastinya mau sekali bertemu dengan Tim DeKay, pemeran agen FBI Peter Burke, atau Matt Bomer, pemeran Neal Caffrey.


Stunt actor, Greg Fitzpatrik





Stunt actor, John Lyke




Crew film The Secret Life of Walter Mitty di Manhattan.



Thursday, October 4, 2012

SAYEMBARA BERHADIAH TENTANG JURNAL SALEM

Saya menikmati sekali perjalanan kami sekeluarga ke kota Salem di negara bagian Massachusetts. Karena itu saya menulis beberapa jurnal mengenainya terutama menceritakan mengenai Salem Witch Trial. Salem Witch Trial adalah masa kelam saat para pendatang dari Inggris tengah membangun dunia baru di Amerika. Jurnal-jurnal yang sudah saya tulis sebagai berikut (klik link):







Saya mengadakan sayembara berhadiah tentang Jurnal Salem ini, sekalian ingin berbagi pengalaman serta pengetahuan. Saya ajak pengunjung, pecinta dan pemerhati blog saya untuk menikmati hal yang sama yang saya nikmati tentang kota Salem. Persyaratan dari sayembara ini tidak susah:

1. Baca jurnal-jurnal saya mengenai kota Salem dan tinggalkan komentar atau tanggapan yang membangun.
2. Tidak perlu memiliki blog sendiri untuk mengikuti jurnal-jurnal saya, tapi tidak boleh meninggalkan komentar secara "anonymous".
3. Undian berhadiah berlangsung dari tanggal 3 Oktober sampai tanggal 10 Oktober dan undian akan diadakan berdasarkan nama-nama pemberi komentar.
4. Sayembara boleh diikuti oleh pembaca blog saya dari mana saja.

Selama undian berhadiah berjalan, jurnal mengenai kota Salem masih akan saya tambah. Hadiah utama berupa sebuah buku mengenai sejarah Salem Witch Trial lengkap dengan gambar-gambar tempat-tempat bersejarah yang memiliki hubungan dengan kejadian tersebut. Saya sarankan supaya bisa mengikuti perkembangan blog saya untuk menjadi pemerhati, pengikut atau penggemar blog saya ini melalui blog kalian atau email. Sebelumnya, saya berterima kasih banyak untuk perhatian dan dukungannya.




Hadiah berupa: buku  HUNTING FOR WITCHES, A Visitor's Guide to the Salem Witch Trials, coklat, kartu pos dan hadiah hiburan berupa peta Salem Walking Tour, handmade magnet dan penghapus lucu.




Tuesday, October 2, 2012

Malam Mempesona Bersama Didik Nini Thowok

Hari Minggu yang baru lewat sekitar pukul 8 malam waktu kota New Haven, Connecticut, bertempat di Battel Chapel, berkumandang gending Jawa beserta alunan penyanyi tradisional menuturkan sebuah cerita. Malam itu sebuah malam istimewa yang oleh penyelenggara, Yale Institute of Sacred Music, diberi nama An Evening of Cross-Gender Enchanment. Buat kami, malam itu istimewa karena untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun tinggal di Amerika, kami bisa menyaksikan penampilan langsung seorang seniman dan celebrity Indonesia. Seniman yang malam itu menjadi pusat perhatian adalah seorang penari, choreographer, dan penyanyi, DIDIK NINI THOWOK. Di bagian Battel Chapel bernama Marquand Chapel, baris demi bari bangku panjang yang berusia 200 tahun terisi dengan orang-orang yang memandang kagum menonton penampilannya.

Acara dibuka oleh Kathy Foley dari Yale Institute of Sacred Music, yang memakai kemeja Batik untuk pria. Alasannya, karena Didik akan menampilkan dirinya sebagai wanita, maka untuk menyeimbangkannya, Kathy memakai pakaian pria. Kemudian di layar projector ditampilkan gambar dari DVD mengenai sejarah tarian pertama yang akan ditampilkan oleh Didik, Tari Golek Lambang Sari. Suara penyanyi tradional Jawa atau Sinden menggema mengisi ruangan menceritakan tentang tarian yang menggambarkan seorang gadis merias wajahnya, berpakaian dan berperilaku layaknya seorang wanita dewasa. Tarian Golek Lambang Sari ini berasal dari Yogyakarta dan merupakan satu dari tarian Jawa klasik. 





Sesudah penampilan Didik yang pertama, kemudian pemutaran DVD dilanjutkan lagi. Lalu Didik Nini Thowok menampilkan tarian dari daerah Banyumas, Jawa Timur, bernama Lengger Banyumas. Tariannya berupa tarian gembira yang berhubungan dengan perayaan panen, keluarga dan kesuburan. Sikap dari penarinya adalah sebagai pemikat atau perayu atau lebih dikenal sebagai Ledek. Saat menari, Didik mengajak 3 orang penonton untuk tampil menari bersamanya. Tentu saja bagian ini yang paling dinikmati para penonton lainnya yang terdengar tertawa dan bersorak melihat gaya 3 orang yang diajak menari oleh sang Ledek.




Tarian ketiga yang diketengahkan Didik Nini Thowok adalah Dwimuka Jali, yang merupakan tarian hasil ciptaannya sendiri. Dari DVD yang diputar menunggu Didik bersiap-siap di belakang panggung, diceritakan bagaimana tarian Dwimuka Jali lahir dan evolusinya dari pemakaian 2 topeng menjadi beberapa. Dwimuka Jali menggambarkan dua sisi manusia: baik dan buruknya, tua dan muda, atau suka dan dukanya. Tarian Dwimuka Jali menurut pencpitanya, Didik Nini Thowok, mulanya menggabungkan dua macam tarian dari dua budaya yang berbeda, yaitu tarian Bali dan Topeng Cirebon. Evolusi tarian Dwimuka kemudian menggabungkan tari Piring dari Padang, tarian Topeng Jawa dan juga dari dua negara yang berbeda, China, India, dan Jepang. Penampilan terakhir Didik Nini Thowok yang terakhir menggabungkan berbagai rupa dari dirinya menampilkan Dwimuka Jali dan berganti wajah serta atribut langsung di depan penonton. Begitu Didik selesai menari, para penonton berdiri dan memberikan "standing ovation" mengagumi dan menghormati kreatifitasnya juga kemahirannya sebagai seorang seniman tari.






Begitu acara berakhir, saya mengajak dua putri kami mendekati Didik Nini Thowok. Saya menyalami dan memberikan selamat serta kemudian meminta berphoto bersama (begitu pula beberapa orang Indonesia yang menghadiri penampilan Didik). Tidak lupa tentunya saya meminta sang maestro menandatangani program acara kami. Sungguh malam yang memukau, meski karena susunan bangku di Marquand Chapel membuat penonton agak susah menyaksikan keseluruhan penampilan Didik Nini Thowok tanpa berusaha berdiri atau maju ke arah gang antara bangku.





Monday, October 1, 2012

Peabody-Essex Museum di Kota Salem

Pertama kalinya saya tahu mengenai museum di kota Salem ini lewat kelas Mandarin yang saya dan dua putri saya ikuti Spring semester kemarin. Di kota Salem ini ada beberapa museum, tapi Peabody-Essex Museum atau PEM adalah yang paling banyak koleksinya dan terbesar. Tujuan kami saat berkunjung ke sana adalah untuk melihat langsung sebuah rumah kuno berusia 200 tahun asli dari China yang didatangkan bagian demi bagian dan disusun serta dipasang lagi menjadi bagian dari PEM. Rumah tua itu bernama YIN YU TANG, milik keluarga Huang yang dibangun di daerah Huizhou. Kalau anda pernah menonton film Kung Fu yang menggambarkan rumah seorang kaya atau yang dijadikan tempat berlaga para jagoannya, seperti itulah Yin Yu Tang. Rumah berlantai 2, memiliki 16 kamar tidur dan dibangun kokoh dengan detail-detail yang menawan. Untuk memasuki Yin Yu Tang, kami harus datang di saat tertentu seperti yang tertera jadwalnya di ticket. Di situ tidak diperbolehkan mengambil photo atau menyentuh barang-barangnya yang juga berusia 200 tahun atau lebih. Beberapa barang sangat mirip dengan yang dipakai di Indonesia, seperti tungku memasak, keranjang yang dari jalinan, pemukul kasur, dll. Meskipun saya tidak berkesempatan mengambil gambar bagian dari Yin Yu Tang, saat saya dan keluarga mendatangi Salem bulan lalu, saya mengambil bentuk rumahnya yang tampak dari belakang museum.





Sejarah berdirinya PEABODY-ESSEX MUSEUM merupakan bagian yang menarik pula dari musuem ini, yang berkembang seiring berdirinya negara baru Amerika Serikat dan kemajuan dunia pelayaran serta ekonominya. Awalnya, di tahun 1799 berdiri East India Marine Society, sebuah organisasi para kapten kapal dan pemilik kapal cargo di kota Salem, yang telah berlayar melampaui Cape of Good Hope atau Cape Horn. Perkumpulan ini berusaha mengumpulkan barang-barang yang mereka bawa dari semua tempat yang mereka layari dan menempatkannya pada "cabinet of natural and artificial curiosities" atau yang sekarang lebih dikenal sebagai MUSEUM. Memasuki tahun 1825, perkumpulan ini pindah ke gedung mereka sendiri yang diberi nama East India Marine Hall, yang sampai sekarang masih berisi barang-barang asli yang pertama kali menjadi koleksi.







 East India Marine Society didirikan di kota Salem, di bagian Essex County, di negara bagian Massachusetts. Nama PEABODY berawal dari Peabody Academy of Science yang tadinya adalah East India Marine Society. Sementara nama ESSEX berasal dari Essex Institute yang awalnya bernama Essex County Natural History Society, yang didirikan pada tahun 1833. Pada bulan Juli 1992, dua organisasi ini bergabung menjadi Peabody-Essex Museum dan menambah koleksinya meluas pada berbagai budaya dan seni baik tradisional maupun modern.





Berikut adalah beberapa koleksi PEM yang dipamerkan berupa sebuah hasil karya seni modern yang dipasang di lobby dan food court museum, beberapa koleksi dari Korea juga India. Bahkan dua buah keris dari tanah Jawa pun sampai di museum ini yang saya perkirakan merupakan cinderemata milik kapten kapal yang pernah berlayar ke sana.