Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)

Thursday, December 27, 2012

Myth & Magic, The Art of John Howe

If only we could give standing ovation for a book, this book is certainly one that deserves it. It is so alive with fantasies and imaginations that only an artist like John Howe can create. He is the man behind all the illustrations for J.R.R. Tolkien's books: The Hobbit, The Lord of the Rings, The Silmarilion and The History of Middle-earth. He is the one who responsible for the interpretations from Tolkien's books into reality, such as Gandalf and the world of Middle-earth itself. John Howe's works are so breathtaking that Peter Jackson, the director of The Lord of the Rings movies and The Hobbit, depended on his views to create the characters from the books. 

This book, Myth & Magic, The Arts of John Howe, is filled with the earliest works and latest works of John Howe, beginning when he was a student through his works for Peter Jackson's movies. His illustrations are so intricate and breathtaking that when I saw the picture of The Siege of Gondor, I could feel how terrible the war was. Peter Jackson gave some forewords for the book, speaking highly regard towards John Howe and his spectacular works. Inside the book, we can also find some notes from Sir Ian Mckellen talking about his experience when he was chosen to play Gandalf the Grey. He wrote,

"I didn't know quite what to expect but they were all clear enough - they consulted Tolkien's descriptions and they propped John Howe's illustration of Gandalf the Grey by the mirror. The author and his acclaimed illustrator were their guides and only when I looked like the John Howe's Gandalf, were they satisfied that I could start to play Tolkien's."

For those who call them selves fans of Tolkien's books, this book is the perfect accompaniment to broaden your imaginations of Tolkien's world full of Hobbits, Elves, dwarves, orcs and dragons.









Mengagumi Jembatan Tertutup di New England

Satu dari sekian banyak daya tarik daerah New England adalah jembatan tertutupnya yang sebagian dibangun di era 1800-an. Daerah New England terdiri dari beberapa negara bagian di kawasan timur Amerika Serikat, yaitu: Vermont, New Hampshire, Maine, Connecticut, Massachusetts dan Rhode Island. Jembatan-jembatan ini dibangun tertutup untuk melindungi bahan bangunan yang dipakai untuk mendirikan jembatannya, dan supaya lebih awet. Keunikkan masing-masing jembatan beserta pemandangan di sekelilingnya inilah yang menjadi daya tarik tersendiri saat berjalan-jalan ke pelosok New England. Sebelum mendatangi tempat-tempat dimana jembatan tertutup ini berada, ada baiknya mencari keterangan dulu dimana letaknya. Karena kebanyakkan dari jembatan tertutup ini berapa di desa atau kota kecil. Ada 4 jembatan tertutup yang sudah saya temui yang niat awalnya bukan untuk khusus melihat jembatan tersebut. Tapi sewaktu seorang kawan mengajak saya melihat jembatan tertutup terpanjang di Amerika Serikat di dekat tempat tinggalnya, saya menjadi tertarik dengan jembatan tertutup di New England. 

Jembatan tertutup pertama yang membuat saya tertarik dengan jembatan tertutup di New England adalah jembatan kayu tertutup terpanjang di Amerika Serikat dan juga jembatan terpanjang di dunia yang menyatukan dua bagian bentangannya. Jembatan ini terletak di perbatasan dua negara bagian New Hampshire dan Vermont yang membentang di atas sungai Connecticut. Jembatan bernama CORNISH-WINDSOR BRIDGE ini menghubungkan kota Cornish di New Hampshire dan Windsor di Vermont, dan didirikan pada tahun 1866. Panjang jembatan ini 449 kaki 5 inches atau 136.85 meter, menggabungkan dua bentangan sepanjang 204 kaki dan 203 kaki, dengan lebar 12 kaki 9 inches atau 7.3 meter. Style dari jembatan tertutup ini adalah "town lattice truss".






Jembatan tertutup selanjutnya yang saya datangi saat berada di negara bagian Vermont adalah sebuah jembatan di kota Woodstock bernama TAFTSVILLE BRIDGE. Jembatan ini membentang di atas sungai Ottauquechee, dengan total panjang 190 kaki atau 57.912 meter. Dua kota yang dihubungkan oleh jembatan Taftsville adalah Quechee dan Woodstock. Jembatan ini dibangun tahun 1836 dengan style "multiple king post, queen post" terdiri dari lengkungan dan tombak besi, dan merupakan jembatan tertutup tertua ketiga di Vermont.







Perjalanan saya di Vermont kemudian membawa saya ke kota cantik bernama Woodstock yang di dekat alun-alun kotanya terdapat sebuah jembatan tertutup. Tapi jembatan ini dibangun di abad modern yaitu di tahun 1969 oleh Milton Graton & Sons. Jembatan bernama MIDDLE BRIDGE ini membentang di atas sungai Ottauquechee, menghubungkan Mountain Avenue dan alun-alun kota. Panjang jembatan adalah 125 kaki atau 38.1 meter.






Jembatan tertutup selanjutnya yang saya datangi terletak di museum hidup bernama Old Sturbridge Village (OSV) di negara bagian Massachusetts. Jembatan ini tadinya berada di kota Dummerston di Vermont, yang kemudian dicopot bagian demi bagiannya, dipindahkan dan dipasang lagi di Old Sturbridge Village.Jembatan ini dulunya bernama Taft Bridge yang didirikan tahun 1874 dan dipindah ke OSV tahun 1952. Jembatan yang memiliki style "single-web", "single-chord", "wooden lattice truss" ini dipatenkan oleh arsitek dari Connecticut, Ithiel Town pada tahun 1820. Sungai Quinebaug mengalir di bawah jembatan ini, yang membentang sepanjang 55 kaki atau 16.764 meter.





Friday, December 21, 2012

(Cerita Anak SMA): Kisah Kasih di Sekolah

Judulnya seakan sebuah film yang dibintangi Rano Karno dan Yessie Gusman atau Paramitha Rusadi di masa tahun 70-an dan 80-an. Tapi kisah kasih di sekolah, apalagi di SMA, bukanlah suatu hal yang cuma ada di sebuah film. Dari sebuah perkenalan dengan sesama murid baru bisa tumbuh rasa suka. Dari sebuah hubungan mentor antara kakak dan adik kelas, bisa muncul sebuah cerita. Masa-masa SMA bisa jadi sarat dengan menyukai seseorang, jatuh cinta, bertepuk sebelah tangan, dan patah hati, beriringan dengan ulangan, segudang PR dan kegiatan extrakurikuler. Hampir semua orang yang pernah bersekolah SMA pasti mempunyai kenangan yang berurusan dengan hati. Ada cerita yang manis, ada yang penuh gejolak jiwa. Ada cerita yang bersambung hingga ke pelaminan, ada yang putus di tengah jalan. Di balik seragam putih dan abu-abu, ada sebentuk cinta buat seseorang. Itulah indahnya masa SMA.

Kalau saya ditanya apa yang saya ingat tentang kisah kasih di sekolah, yang pertama saya lakukan adalah tersenyum. Banyak sekali kisah kasih di sekolah yang saya saksikan dari dekat atau jauh, dan yang saya alami sendiri. Wujudnya beragam dan beberapa ada yang membuat geleng-geleng kepala. Karena di tiap sekolah, di tiap angkatan, pasti ada pasangan yang paling mencolok diantara lainnya. Pasangan ini yang biasanya terlihat di beberapa penjuru sekolah asyik berduaan, seakan teman-teman lainnya cuma obyek penyerta (atau mungkin penderita). Ada yang duduk berdua sekedar saling bertukar senyum. Ada yang saling merapat mengerjakan tugas. Ada yang terlihat berdua saja berbincang dalam kelas, sementara murid-murid lain istirahat di luar. Kadang ada saatnya dimana kisah kasih di sekolah menjadi sebuah perbincangan banyak orang. Seperti saat diketahui seorang gadis remaja hamil, keprihatinan melanda kumpulan teman-temannya dan tentu juga pihak guru-guru. Tapi saya termasuk kagum saat sebuah kejadian seperti yang saya sebutkan terjadi, tidak ada yang namanya fitnah atau gunjingan yang tersebar-luas di sekolah. Masing-masing pihak yang tahu, sepertinya tahu diri.

Mau dibilang apapun, masa-masa SMA itu adalah masa penjajakan. Kalau yang ternyata di masa-masa itu ada dua sejoli yang ternyata berpaut dan berjodoh, alangkah indahnya. Seperti beberapa kawan saya tentunya, yang saya yakin menyimpan banyak kenangan saat mereka sedang pendekatan. Sayangnya, karena masih anak sekolah, isi kantong pun layaknya anak sekolah. Pergi ke bioskop nonton bareng menjadi barang mewah. Jajan di kantin harus bayar sendiri-sendiri. Itu kalau pasangan yang pas-pasan uang jajannya. Bagi pasangan yang salah satunya bermodal kuat, maka apapun namanya bisa terjadi. Saat Valentine makan bersama ditemani nyala lilin, bisa. Pergi nonton setiap akhir pekan, bisa juga. Hadiah indah saat ultah. Hadiah berkesan saat merayakan hari "jadian". Kalau yang begini tentu saja jadi sisi indah kisah kasih di sekolah. Meski untuk beberapa orang bisa jadi cuma merasa suka sepihak, sementara orang yang dituju tidak punya perasaan apa-apa. Bisa jadi seseorang malu untuk mengungkapkan dan cuma diam, tapi menjadi pengagum dari jauh akan apapun yang si pencuri hati kerjakan.

Kalau saya ditanya apa yang saya ingat dari kisah kasih di sekolah, saya akan jawab,"Been there, done that". Maka kenangan saya akan melayang-layang mencari sosok seseorang yang menyambut saya pertama kali menjadi murid SMA. Saya simpan sebentuk senyumnya dalam hati. Tapi apa daya, hati tak bisa bertaut, rasa cuma saya yang punya. Biar begitu, cerita tentang seseorang yang istimewa itu jadi tema diary saya tiap hari. Seakan-akan gaya jalannya adalah sesuatu yang sungguh istimewa, atau pertemuan dengannya yang tiba-tiba di sebuah bis kota adalah penjelmaan sebuah mimpi yang indah. Cerita lainnya pun saya bisa haturkan, dalam bentuk cinta yang tulus dan patah hati yang menyakitkan. Teringat saya meneteskan air mata di rangkulan seorang teman, sesudah mencurahkan segala emosi. Bukankah ini bagian dari kisah kasih di SMA itu? Teman yang bersedia meminjamkan bahunya untuk kita tangisi dan sepasang telinga yang tak bosan kita cekoki cerita tentang si A atau B. Kisah kasih di sekolah pun ternyata bisa menimbulkan perseteruan diantara pihak-pihak yang bersangkutan. Apalagi kalau bukan karena cemburu. Bagaimana pun wujud dari sebuah kisah kasih di sekolah, mengingatnya saja bisa membuat diri ini tersenyum sendiri.


(Keterangan photo: kelas 3 saya di SMA)

Monday, December 10, 2012

Ikan Swai Teriyaki Panggang dan Paprika

Ikan Swai adalah jenis ikan yang sepertinya baru saja dikenal dan dipasarkan di Amerika Serikat. Ikan ini asalnya dari Vietnam dan merupakan jenis ikan lele atau catfish dalam bahasa Inggrisnya. Wujud dari ikan Swai kurang menarik dan cenderung menyeramkan (lihat DI SINI). Di pasar Amerika, ikan Swai dijual dalam bentuk fillet. Kebetulan minggu lalu saat saya berbelanja ke supermarket ada penawaran beli 1 gratis 1 sekantong Swai fillet. Satu kantongnya berisi 3 potong fillet sebesar 1,5 telapak tangan orang dewasa. Kemudian untuk memasaknya saya buat sendiri kreasi resep menggunakan saus Teriyaki racikan saya sendiri. Resep itu berupa IKAN SWAI TERIYAKI PANGGANG DAN PAPRIKA. Saya memilih paprika karena saya tahu aromanya akan menggiurkan kalau dipanggang dan cocok sekali dengan ikannya. Resep saya ini, yang merupakan uji coba pertama, hasilnya sangat memuaskan. Keluarga saya suka sekali dengan ikan Swai Teriyaki panggangnya. Daging ikannya sesudah dipanggang, lembut dan sedikit berlemak, belum lagi aroma dari paprika yang bercampur dengan saus Teriyakinya, sungguh menggiurkan. Silahkan mencoba resep saya di bawah ini:

BAHAN-BAHAN:


  • Fillet ikan Swai (2 kantong = 6 buah)
  • 4 Buah paprika, potong dadu
  • 4 Buah bawang putih, potong kecil dan halus
  • Pinggan tahan panas (Pyrex)
Untuk saus Teriyakinya: 
  • Saus Hoisin 1/3 cup
  • Kecap manis 1/6 cup
  • Kecap Worchestershire 6 sendok makan

CARA MEMBUATNYA:

  1.  Panaskan oven dengan suhu 375 derajat Fahrenheit atau 190 derajat Celcius.
  2. Siapkan saus Teriyakinya dengan mencampur saus Hoisin, kecap manis dan kecap Worchestershire-nya. 
  3. Tambahkan potongan bawang putih ke dalam saus teriyakinya, lalu aduk.
  4. Kemudian tambahkan potongan paprikanya dan aduk rata.
  5. Siapkan fillet ikan Swai di pinggan tahan panas dan siram dengan saus Teriyaki yang tercampur dengan paprika dan bawang putih, lalu ratakan.
  6. Masukkan pinggan tahan panas berisi ikannya ke dalam oven dan panggang selama 45 menit atau sampai paprikanya terlihat kecoklatan.
(CATATAN: kalau tidak ada ikan Swai, ganti dengan fillet ikan yang dagingnya putih seperti ikan Cod atau Haddock, bisa juga memakai ikan Salmon.)




Saturday, December 8, 2012

Picture Perfect: WEATHER

We've had a lot of foggy days lately, and in between were wet from the rain. Winter in our part is still without some snow. But when morning comes, all we wish is the blue sky and sunshine, not the white-foggy morning or the icy-cold rain poured down like crazy. Blue sky and sunshine, is good enough, to cast away the winter blues.

"Nobody can be in good health if he does not have fresh air, sunshine, and good water."


                                                                      - Flying Hawk -

My contribution for PICTURE PERFECT: WEATHER



Thursday, November 29, 2012

Suka-Duka Menonton Macy's Thanksgiving Parade

Begitu hari Kamis di saat perayaan Thanksgiving kemarin tiba, sekitar pukul 3 pagi saya sudah bangun. Lalu saya bangunkan anak-anak yang langsung bersiap tanpa terdengar keluhan sedikit pun. Kegiatan seperti ini sudah kami jalani keempat kalinya demi untuk melihat perayaan Thanksgiving di New York City. Sebagian besar orang punya tujuan tertentu saat Thanksgiving, hari bersyukur nasional. Mereka biasanya mengunjungi orang tua atau keluarga layaknya mudik di Indonesia saat Lebaran. Tapi kami tidak punya tujuan seperti itu, dimana kami harus bertemu dan berkumpul dengan keluarga besar, jadi perayaan Thanksgiving ala keluarga kami adalah dengan berjejalan di jalan di Manhattan menunggu pawai yang diadakan Macy. 

Macy adalah salah satu department store terkemuka di Amerika. Para pegawainya yang berupa pendatang, mencetuskan pawai untuk merayakan Natal di tahun 1924 yang kemudian berubah menjadi pawai Thanksgiving. Pawai ini ternyata mendapatkan sambutan yang sangat baik sehingga diadakan tahunan dengan penonton yang bisa mencapai 4 juta orang yang melihat langsung dan 50 juta orang yang melihat lewat televisi. Begitu meriahnya pawai ini sampai-sampai orang mau datang lebih pagi supaya mendapatkan tempat yang paling enak dan nyaman. Seperti saat kami berada di keramaian orang-orang yang sabar menunggu pawainya datang, ada yang membawa selimut untuk duduk di trotoar, kursi lipat, bahkan tenda buat yang sengaja bermalam di jalan. Semua orang yang rela berdiri selama bisa lebih dari 2 jam, kadang di tengah udara dingin, bersemangat karena hari Thanksgiving adalah hari istimewa. 



Tiap kali kami datang menonton pawai Thanksgiving, tiap kali itu pula pengalaman menarik kami dapatkan. Selain kami bisa melihat dari dekat para celebrities yang bisa jadi adalah favoritnya anak-anak, kesempatan untuk bersorak-sorak dan mengelu-elukan siapapun yang lewat. Saat itu juga jadi kesempatan untuk bertemu dan berkenalan dengan orang dari berbagai asal dan kalangan. Tahun lalu untuk mengisi waktu tunggu, saya berkenalan dengan seorang wanita dari Inggris yang aksennya sangat kentara. Dia datang ke Amerika bersama 3 keponakan wanitanya, penasaran ingin tahu bagaimana perayaan Thanksgiving di sini. Obrolan kami ngalur-ngidul sampai tidak terasa pawainya mendekat. Tahun ini, saya berkenalan dengan pasangan yang suaminya orang Costa Rica dan istrinya orang Equador. Putri mereka terlelap di pelukan ibunya, sementara anak laki-laki mereka berdiri sendirian di barisan paling depan bersama anak-anak lain termasuk dua anak kami. Di kumpulan kami saat itu, ada seorang ibu African-American yang asli New Yorker, seorang bapak China, sebuah keluarga Amerika Selatan, seorang bapak bule separuh baya yang pendampingnya seorang wanita Asia yang asyik berdandan di depan umum, beserta 2 pasang muda-mudi yang tidak sungkan memperlihatkan kemesraan mereka.



Pawai Thanksgiving tahun ini serasa lebih istimewa karena diadakan sesudah daerah New York terkena hurricane Sandy yang merugikan hingga jutaan dollar. New York City yang terkenal sebagai kota yang tak pernah mati, tiba-tiba karena Sandy menjadi kota mati yang gelap-gulita. Beberapa korban Sandy hadir menonton pawai ini untuk menghibur diri dan sekaligus menyemangati korban lainnya yang masih mengungsi karena keadaan yang masih belum pulih di daerah mereka. Pawai kemarin adalah pawai yang membawa harapan dan semangat untuk pulih kembali sesudah bencana terjadi. Sedangkan untuk saya pribadi, menonton pawai kali ini pertama kalinya sambil menahan emosi akibat orang yang kurang tahu diri. Di dekat kami ada seorang ibu yang datang bersama ibunya yang sepuh. Rupanya anaknya menjadi salah satu anggota marching band yang tampil. Bukan main gayanya yang seperti orang penting mencela balon A atau B, menilai marching band X atau Y dan berkomentar layaknya dia seorang ahli. Belum lagi ditambah dengan gayanya yang norak dan berisik dengan teriakannya yang memekakkan telinga serta keegoisannya yang kurang perduli orang lain. Sementara itu, di sebelah kanan saya, seorang ibu dengan lonceng sapinya membunyikan dengan kencang kapan saja untuk dapat perhatian dari para pengisi pawai. Klonteng! Klonteng! Suara loncengnya bersahutan dengan teriakan si ibu lain di sebelah kiri saya. Serasa lengkap rasanya perayaan Thanksgiving saya hari itu. Meski begitu, saya mendapatkan banyak hasil jepretan yang bagus dan yang utama, sempat melihat langsung para celebrities yang mengisi acara. 

Balon-balon Macy's Thanksgiving Parade





 Kelompok THE WANTED dari Inggris



Penyanyi Flo Rida



 Pemain basket Karim Abdul-Jabar


Atlit-atlit gymnastic peraih medali di Olympiade di Inggris
 


Friday, November 23, 2012

Penonton Pawai Yang Unik & Lucu

Diantara jutaan orang yang hadir menyaksikan langsung pawai Thanksgiving yang diselenggarakan oleh Macy di kota New York, beberapa berusaha meramaikan melalui apa yang dipakai mereka. Terlihat diantara puluhan kepala di seberang jalanan yang saat itu jadi tempat kami berdiri, sepasang mata dari tokoh yang sudah dikenal oleh banyak orang. Bisa menerka siapakah tokoh itu? Tua-muda, tidak perduli usia, beberapa memperlihatkan sisi humor dirinya dengan berpakaian yang menarik dan lucu atau sekedar memakai topi yang bertema Thanksgiving. Bisa dipastikan, orang-orang yang dengan sabarnya menunggu kedatangan pawai dan turut berseru serta bersorak dan mengelu-elukan tiap tokoh berupa balon, artis dan pengisi pawai yang lewat, merasakan keistimewaan di hari Thanksgiving dengan keunikkan mereka. 

Tebak siapa itu?

 



Kompak memakai topi unik



Topi bertema Thanksgiving Turkey





Tragedi Saat Macy's Thanksgiving Parade

Tidak ada yang tahu misteri dibalik usia seseorang sampai saat orang tersebut tiada. Di saat perayaan hari dimana semua orang di Amerika bersyukur, dimana jutaan orang bersorak-sorak, bersenang-senang melihat pawai tahunan yang diselenggarakan Macy, sebuah tragedi terjadi di depan mata. Hari Kamis kemarin, saya dan keluarga berada di tengah-tengah manusia yang gegap-gempita merayakan Thanksgiving di pusat kota New York. Tiba-tiba perhatian saya dan juga banyak orang yang berada di 39th Street dan 6th Avenue adalah sebuah kerumunan kecil di tengah jalan. Saya bisa melihat salah satu badut yang turut meramaikan pawai terlentang di atas jalan, sementara beberapa polisi berjaga-jaga di sekelilingnya dan juga beberapa orang yang sepertinya bagian dari panitya pawai dan detektif. Di saat yang sama, pawai tetap berjalan. Orang-orang yang membawa balon, mobil hias atau float tetap berjalan, diarahkan oleh seorang panitya. 

Dari balik kerumunan yang saya terus perhatikan itu terlihat seorang wanita mengangkat kaki badutnya (yang saya duga seorang laki-laki berdasarkan ukuran tubuhnya). Cara ini adalah usaha untuk mengatur peredaran darah. Lalu sesudah itu saya lihat seorang wanita melakukan CPR pada korban dan tak lama digantikan oleh wanita lainnya menekan dada pak badut yang masih tetap terkapar tak berdaya. Perlahan ada perasaan tidak enak menyusup di hati saya. Beberapa penonton pawai yang juga memperhatikan upaya pemberian CPR dan lain-lainnya saling bertukar keprihatinan. Saya menduga kalau pak badut itu sudah tiada, mendasarkan pada upaya CPR yang cukup lama dilakukan yang sepertinya tidak memperlihatkan hasil yang diharapkan. 




Kira-kira 5 menit sejak saya melihat pak badut itu berada di jalan, akhirnya sebuah ambulance datang. Beberapa orang terdiri dari polisi dan paramedic mengangkat tubuh pak badut dan saya lihat tangannya terjatuh lunglai. Dari situ dugaan saya makin kuat dan tadi pagi saat membuka sebuah website surat kabar, saya terbelalak membaca artikel yang memberitakan sebuah tragedi yang terjadi saat pawai Thanksgiving berlangsung. Tentang kepergian seorang bernama Robert Blasetti berusia 67 tahun. Dia dan istrinya turut memeriahkan pawai Thanksgiving menjadi badut dan meniupkan balon untuk anak-anak yang menonton. Saat mendiang Robert Blasetti melewati 39th Street dan 6th Avenue, dia mendapat serangan jantung yang fatal dan tidak tertolong. Semoga hal terakhir yang dia lakukan adalah hal yang menyenangkan buatnya. Karena dia sudah berusaha menyenangkan orang lain di hari terakhirnya di saat semua orang merayakan rasa syukur.




Tuesday, November 13, 2012

Field Trip Menonton Opera

Hari pertama masuk sekolah sesudah sekolah ditutup terpaksa karena hurricane Sandy, Bayu dan beberapa temannya dipilih untuk ikut menonton opera yang ditampilkan mahasiswa Yale School of Music jurusan opera. Guru vocal di sekolah anak-anak meminta saya khusus untuk menjadi chaperone atau pendamping kelas. Saya tentu saja senang, juga GR. Sudah beberapa kali saya jadi ortu pendamping, tapi baru kali ini diminta khusus. Pukul 10 pagi saya menunggu kedatangan bis sekolah yang mengantarkan anak-anak beserta guru-gurunya di depan Sprague Hall, tempat opera akan berlangsung. Sprague Hall merupakan salah satu gedung tempat beberapa kegiatan seni yang diadakan Yale University diadakan. Tempat ini juga adalah tempat putri sulung kami beberapa kali unjuk kebisaan bermain biola.

Begitu kami masuk ke dalam ruangan utama Sprague Hall bernama Morse Hall, tidak lama lampu menjadi temaram dan seorang pemain opera memakai celana training dan atasan kaos bola, memulai pertunjukkan. Pemain ini, salah satu mahasiswa jurusan opera Yale School of Music, menyanyikan salah satu lagu dari opera The Barber of Seville. Suaranya lantang terdengar di segala penjuru, menyanyikan bait demi bait dalam bahasa Italy. Sambil berolah-raga, sang pelakon menyanyi, menggambarkan improvisasi opera bertema klasik dengan kegiatan sehari-hari seperti sit-up atau peregangan badan sambil mendendangkan Figaro Aria. The Barber of Seville bercerita tentang Figaro, seorang tukang cukur yang laris-manis usahanya.

Sesudah itu adegan berikutnya berupa cuplikan dari opera L'elisir D'amore atau Elixir of Love menceritakan seorang gadis bernama Adina yang jatuh hati pada seorang jejaka yang digilai-gilai banyak wanita di kotanya. Jejaka ini, si Nemorino yakin dia digila-gilai para wanita karena dia meminum ramuan cinta dari Dr. Dulcamara. Padahal dia didekati karena baru saja mendapatkan warisan dari pamannya. Sementara itu Adina yang ingin menarik perhatian Nemorino, dirayu oleh sang dokter untuk meminum ramuannya juga. Para pelakon utama cuplikan opera ini ada 3 orang: seorang soprano yang menjadi Adina, seorang bariton-tenor yang menjadi Dr. Dulcamara dan yang menjadi Nemorino, seorang bariton. Mendengarkan suara pelakon Dr. Dulcamara, saya jadi kesengsem suaranya yang sangat bagus, benar-benar bagus. 

Cuplikan opera terakhir berasal dari The Pirates of Penzance dari tiga judul opera yang ditampilkan mahasiswa-mahasiswa Yale School of Music jurusan opera. Untuk masuk ke jurusan ini, mereka harus menjalani audisi dan dari 300 orang yang mendaftar, hanya 7 orang saja yang diterima. Saringannya sangat ketat, berupaya untuk mendapatkan pemain-pemain opera yang jempolan. Setelah The Pirates of Penzance selesai, para pemain berdiri menghadap penonton yang mengelu-elukan mereka dan memberikan penghormatan lewat "standing ovation". Kemudian acara dilanjutkan dengan tanya-jawab antara murid-murid sekolah yang hadir menonton opera dengan para pemainnya. Tanya-jawab berlangsung sangat seru, membuktikan kalau operanya bisa menarik perhatian murid-murid SD dan SMP yang hadir. Program seperti ini yang berusaha mengenalkan atau meningkatkan kecintaan pada seni, kerap kali dilakukan dengan dukungan dari beberapa universitas terkemuka di negara bagian Connecticut dan pihak swasta. 

Adegan dari Opera The Pirates of Penzance





 Saat acara tanya-jawab antara murid-murid dan pemeran opera










Monday, November 5, 2012

Terong dan Veal Fra Diavolo

Pada dasarnya, saya itu kurang suka makan terong. Kalau mendiang mama dulu masak Lodeh pakai terong, saya setengah hati makannya. Tapi suami saya suka makan terong. Saat kami pergi ke supermarket Minggu lalu, kami melihat seonggok terong besar yang montok bentuknya dan ungu gelap warnanya. Suami saya melihat itu langsung mengambil satu dan menyodorkan ke saya,"Kamu bikin sesuatu deh", mintanya. Sesudah itu saya berpikir, enaknya dimasak dengan daging dan saya memilih "veal" atau daging sapi muda. Tapi ternyata menentukan bumbu apa yang saya mau pakai untuk memasak terong dan veal-nya cukup lama, sementara suami menagih terus. Hari ini, saya menimbang sekaligus karena penasaran, saya memutuskan untuk membuat saus Fra Diavolo. Kebetulan suami pernah penasaran Fra Diavolo itu apa. Yaitu saus pedas yang sebetulnya tidak ada patokan bahan dasarnya mesti tertentu, tergantung si pemasaknya. Fra Diavolo berarti "brother devil" muncul dari sebuah legenda dari Italy dan diciptakan oleh orang Italy yang ada di Amerika. Fra Diavolo versi saya ternyata benar-benar mantap, padahal saya benar-benar menjajal saja memasukkan bahan A, B, C. Silahkan yang tertarik dengan resepnya, ada di bawah ini:


TERONG & VEAL FRA DIAVOLO


BAHAN-BAHAN:

1 Buah terong ukuran besar
1 Pound daging veal (jenis yang untuk stew)
4 Buah cabai merah besar (jenis long hot pepper)
2 Buah tomat (saya memakai yang jenis tomato on the vine)
4 Buah bawang putih
Separuh bawang bombai
1/8 Sendok teh bumbu Five Spices
2 Lembar daun salam
Caraway
Cilantro (pakai yang segar atau kering)
Thyme
Minyak goreng

CARA MEMBUATNYA:

 

1.  Potong terongnya seukuran dengan daging veal-nya. Taburkan garam sedikit ke atas daging veal-nya dan diamkan beberapa saat. 

2.  Potong bawang bombainya menjadi kotak-kotak kecil, dan geprak bawang putihnya.

3. Masukkan ke dalam blender, tomat, cabai merah dan 1/8 bumbu Five Spices. Tambahkan minyak goreng, lalu haluskan dan sisihkan.

4. Panaskan wajan dan tuangkan minyak goreng. Tumis potongan bawang bombai dan bawang putih sampai wangi, lalu masukkan daging veal-nya. Biarkan daging sampai berubah warna bolak-balik.

5. Masukkan bumbu halus campuran tomat, cabai dan Five Spices dan daun salam ke dalam wajan. Aduk-aduk lalu tambahkan thyme dan caraway.

6. Tunggu sampai 10 menit, kemudian masukkan potongan terong. Tambahkan rajangan cilantro dan masak dengan api kecil sampai daging terlihat empuk, tapi jangan sampai terongnya hancur.

7. Hidangkan, bisa dimakan begitu saja atau pakai nasi.


Selamat mencoba!