Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)

Monday, August 20, 2012

Ramadhan di Musim Panas 2012

Begitu awal Juli mendekat saya tuliskan "RAMADHAN" di kalender di dapur, tempat paling sering dilalui orang-orang rumah. Begitu ada tulisan menandakan Ramadhan akan datang, kami segera mendiskusikannya, terutama saya dan anak-anak. Sebabnya diskusi mengenai puasa Ramadhan ini menjadi lebih menarik, karena tahun ini jatuh saat musim panas sedang berlangsung. Musim panas berarti siangnya lebih panjang, lebih dari 12 jam. Belum lagi saat musim panas suhu udara bisa tinggi mencapai 100F atau hampir 38C, dan itu masih bisa ditambah kelembaban udara yang membuat badan lekat dengan keringat dan mudahnya badan menjadi lemas. Saat Ramadhan berlangsung kebetulan anak-anak sedang menjalani libur sekolah. Jadi saya tidak perlu mengatur apa-apa. Tapi putri sulung kami selama sebulan lamanya mengikuti summer music camp yang termasuk full time dengan segala macam kegiatan baik latihan dan konser. Saya sempat was-was apakah kami akan bisa menjalani puasa tahun ini. Pikiran saya seperti ini karena saya kalau terkena matahari atau panas agak lama bisa sakit kepala yang bisa bertahan lama kalau tidak makan obat.

Musim panas tahun ini suhu dan cuaca benar-benar berbeda dengan musim panas sebelumnya. Beberapa hari suhu berkisar 90F sampai 100F. Beberapa kali badai berupa hujan lebat dan petir yang sampai ratusan kali menyambar terjadi. Tanggal 20 Juli hari pertama puasa Ramadhan serentak berlangsung di Amerika Serikat. Minggu pertama badan ini serasa mendapatkan kejutan, karena dalam sehari kami berpuasa selama 16 jam lebih. Seandainya kami tidak sahur, bisa dibayangkan keadaan badan kami tanpa masukan cairan seharian. Di awal puasa Subuh jatuh pukul 4 pagi dan Maghrib jatuh pukul 8:20 malam. Semakin menuju ke pertengahan dan akhir Ramadhan, waktu Subuh dan Maghribnya berubah. Selama sebulan berpuasa, kami hanya terlewat sehari saja tanpa sahur. Tapi saat tidak sahur itu saya mengalami sakit kepala yang bertahan lama. Bayangkan saja kepala ini terasa cenut-cenut setiap kali saya bergerak, sementara saya tidak bisa makan obat. Untuk meredakan sakit kepalanya saya mencari upaya lain lewat tempelan koyok dan pijatan di bahu kiri yang memang sedang tegang sambil berdoa. Alhamdulillah saya bisa bertahan sampai Maghrib dan sakit kepala saya bisa berkurang sedikit demi sedikit.Meski begitu godaan itu kebanyakkan berupa godaan emosi, karena kami tinggal di negara yang Muslimnya minoritas, orang lain tidak ada yang paham mengenai puasa kami. Jadi tidak ada yang namanya toleran pada umat Muslim yang berpuasa, yang makan tetap makan, yang mengesalkan tetap ada dan karena musim panas, yang berpakaian terbuka dan berbahaya ada di mana-mana.

Kegiatan saya sendiri selama bulan puasa penuh dengan kegiatan fisik. Di hari keempat Ramadhan, putri sulung kami mulai summer music camp-nya. Setiap pagi dari Senin sampai Jumat saya mengantar dan menjemputnya memakai bis kota. Sesudah saya antar dia di sekolah musiknya, saya kembali ke rumah. Beberapa kali saya harus mampir dulu ke supermarket untuk berbelanja, baru kembali ke rumah. Di hari lainnya saya mengurus cucian kotor ke laundromat, sebelum menjemput si sulung. Tiap hari Selasa dan Kamis putri kami dan kawan-kawannya tampil di konser dari sekolah dan berarti waktu berakhirnya sekita rpukul 6. Sesudah konser saya dan anak-anak harus bergegas kembali ke rumah supaya bisa istirahat sebentar sebelum buka puasa. Selain itu saya juga mesti mengatur waktu untuk memasak makanan untuk berbuka dan sahur yang biasanya saya kerjakan 2 jam sebelum waktu buka puasa tiba. Yang menambah berat selain pekerjaan fisik dan mondar-mandirnya itu adalah cuacanya. Suhu yang panas membuat badan cepat lemas dan capek, ditambah dengan kurang tidur. Di minggu akhir Ramadhan, saya sudah seperti zombie, melakukan segala hal sambil setengah sadar, sementara setengahnya serasa di awang-awang terkantuk-kantuk. Alhamdulillah, puasa Ramadhan kami lewati dengan lancar. Putri sulung kami bisa melaksanakan puasa penuh seharinya, meski beberapa hari dia harus membatalkan puasanya karena sakit kepala dan muntah. Sepertinya dia masuk angin dan kecapekan. Dua anak kami yang lain berpuasa hampir penuh juga, dengan potongan berbuka saat Zuhur dan meneruskan berpuasa sampai Maghrib.


Kami sekeluarga mengucapkan,

"Selamat Hari Raya Idul Fitri. Maafkan lahir dan batin. Minal aidin wal faidzin.

Semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahan kita, serta meluaskan ladang rezeki kita dan melindungi kita dari hal-hal yang buruk dan merugikan."



Di & keluarga


2 comments:

  1. Met lebaran mba
    mohon maaf lahir bathin
    gmn kabarnya ?

    ReplyDelete
  2. Hallo Ifah, kabar baik, alhamdulillah. Maaf lahir batin juga.

    ReplyDelete