Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)

Monday, October 29, 2012

Sebuah Kecelakaan di Ocean Avenue

Pagi itu, hari Selasa yang cerah. Saya sudah berniat untuk ke toko ketrampilan memenuhi keinginan si bungsu yang punya tugas membuat diorama. Saya naik bis J menuju kota tetangga yang merupakan pusat belanja yang cukup besar, ada pusat pertokoan dan sebuah mall. Rute bis J ini menurut saya yang paling nikmat. Sebab rutenya melewati pantai West Haven dan Milford yang pemandangannya termasuk bagus. Kalau summer tiba, pemandangan pantainya pun mirip dengan pantai di Florida, yang diisi dengan wanita berbikini dan pria bertelanjang dada. Perjalanan yang menyenangkan selama 30 menit selain melihat pantai, juga rumah-rumah cantik yang beberapa merupakan rumah bersejarah yang dibangun tahun 1700-an atau 1800-an. Begitu saya berada di bis kota, saya memilih duduk di bagian belakang bis yang agak menaik. Saya duduk dekat jendela di sebalah kanan bis. Saya memilih mendengarkan musik dari cellphone sambil membaca buku Sherlock Holmes yang masih belum tamat juga.

 Setelah beberapa saat bis berjalan dengan santai, kami memasuki daerah pantai, tepatnya jalan bernama Ocean Avenue. Di jalan ini rumah-rumah cantik di pinggir pantai berjajar. Tiba-tiba saya merasakan bis berjalan perlahan dan saya menengadah melihat ke jendela. Saya langsung terpana melihat sebuah truck penebangan pohon mendekati dari arah kiri bis. Saya makin terbelalak dan menahan nafas, karena trucknya tidak berhenti melainkan mendekati sedikit demi sedikit menuju bis dan saya kuatir akan nasib penumpang yang berseberangan dengan saya. Dia duduk tepat di depan truck itu datang. Supir bis berusaha bergerak ke kanan, lalu... brak! Krak! Truck penebangan pohon itu menyeruduk bagian kiri bis tepat di samping supir bis berada. Saya sempat berteriak, kemudian linglung dan baru seakan-akan sadar telah terjadi tabrakan saat seorang ibu di belakang saya bertanya,"Are yo all alright?" Sekitar lima belas penumpang di bis ada yang menyahut, ada yang diam, selebihnya masih tertegun. Beberapa penumpang lalu keluar dari bis dan saling menyapa dan menanyakan keadaan masing-masing. Pak supir terlihat tenang meski keselamatannya hampir saja jadi korban.

Saya ikut juga keluar dari bis dan begitu di luar langsung memperhatikan keadaan sekeliling dengan seksama, dan langsung menelpon suami yang tidak berkomentar banyak mengenai kecelakaannya. Bis berhenti persis di halaman sebuah rumah di Ocean Avenue. Sementara truck yang menabrak kami rupanya parkir di daerah yang lain supaya tidak menghalangi lalu-lintas. Sisi kiri bis tepatnya di bagian supir, seperti dikoyak oleh truck tadi. Terdapat bukaan yang menunjukkan bagian mesin dan rangka bis. Bagian kaca depan bis retak dan terlepas dari rangkanya yang patah di tengah. Awalnya saya merasa tenang karena sepertinya tidak ada penumpang yang luka. Tapi beberapa saat kemudian, shock melanda, kaki saya gemetaran dan saya merasa lemas. Tidak lama sesudah tabrakan berlangsung polisi datang, disusul dengan truck pemadam kebakaran dan paramedic. Seorang polisi wanita meminta semua penumpang memberikan data masing-masing seperti nama, alamat, nomor telpon dan tanggal lahir, untuk dimasukkan ke laporan kecelakaan. Kemudian saya lihat pihak supervisor dari perusahaan bis datang memeriksa kerusakan dan keadaan supirnya.

 Sementara itu paramedic menanyakan masing-masing penumpang kalau ada yang merasakan dampak dari tabrakan. Karena dampak itu belum tentu terasa langsung, tapi baru beberapa saat kemudian, seperti "whiplash", yaitu cidera pada leher akibat hentakan, tarikan atau dorongan yang sedimikian rupa hingga membuat leher trauma. Saya sendiri diperiksa tekanan darahnya oleh paramedic dan diminta menandatangi formulir yang menyatakan saya sudah diperiksa tapi tidak mau dirawat atau dibawa ke rumah sakit. Selama 1 jam saya dan penumpang lain berada di tempat tabrakan menunggu bis pengganti yang akan mengantarkan kami ke tempat tujuan semula, datang. Tiga orang penumpang dibawa ambulans, entah apakah sebabnya berhubungan dengan tabrakan atau tidak. Sesudah urusan belanja saya selesai, saya pulang naik bis J lagi dan berusaha menahan emosi. Tiba-tiba saya sadar betapa sendirinya saya saat tabrakan terjadi. Suami maupun anak-anak tidak tahu saya ada dimana atau sedang apa. Mereka mengira saya di rumah, tenang mengerjakan pekerjaan rumah tangga atau hobby. Mau tidak mau saya terguncang menyadari kemungkinan buruk yang bisa terjadi, tapi tentunya bersyukur karena saya selamat dari bahaya.





No comments:

Post a Comment