Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)

Tuesday, October 2, 2012

Malam Mempesona Bersama Didik Nini Thowok

Hari Minggu yang baru lewat sekitar pukul 8 malam waktu kota New Haven, Connecticut, bertempat di Battel Chapel, berkumandang gending Jawa beserta alunan penyanyi tradisional menuturkan sebuah cerita. Malam itu sebuah malam istimewa yang oleh penyelenggara, Yale Institute of Sacred Music, diberi nama An Evening of Cross-Gender Enchanment. Buat kami, malam itu istimewa karena untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun tinggal di Amerika, kami bisa menyaksikan penampilan langsung seorang seniman dan celebrity Indonesia. Seniman yang malam itu menjadi pusat perhatian adalah seorang penari, choreographer, dan penyanyi, DIDIK NINI THOWOK. Di bagian Battel Chapel bernama Marquand Chapel, baris demi bari bangku panjang yang berusia 200 tahun terisi dengan orang-orang yang memandang kagum menonton penampilannya.

Acara dibuka oleh Kathy Foley dari Yale Institute of Sacred Music, yang memakai kemeja Batik untuk pria. Alasannya, karena Didik akan menampilkan dirinya sebagai wanita, maka untuk menyeimbangkannya, Kathy memakai pakaian pria. Kemudian di layar projector ditampilkan gambar dari DVD mengenai sejarah tarian pertama yang akan ditampilkan oleh Didik, Tari Golek Lambang Sari. Suara penyanyi tradional Jawa atau Sinden menggema mengisi ruangan menceritakan tentang tarian yang menggambarkan seorang gadis merias wajahnya, berpakaian dan berperilaku layaknya seorang wanita dewasa. Tarian Golek Lambang Sari ini berasal dari Yogyakarta dan merupakan satu dari tarian Jawa klasik. 





Sesudah penampilan Didik yang pertama, kemudian pemutaran DVD dilanjutkan lagi. Lalu Didik Nini Thowok menampilkan tarian dari daerah Banyumas, Jawa Timur, bernama Lengger Banyumas. Tariannya berupa tarian gembira yang berhubungan dengan perayaan panen, keluarga dan kesuburan. Sikap dari penarinya adalah sebagai pemikat atau perayu atau lebih dikenal sebagai Ledek. Saat menari, Didik mengajak 3 orang penonton untuk tampil menari bersamanya. Tentu saja bagian ini yang paling dinikmati para penonton lainnya yang terdengar tertawa dan bersorak melihat gaya 3 orang yang diajak menari oleh sang Ledek.




Tarian ketiga yang diketengahkan Didik Nini Thowok adalah Dwimuka Jali, yang merupakan tarian hasil ciptaannya sendiri. Dari DVD yang diputar menunggu Didik bersiap-siap di belakang panggung, diceritakan bagaimana tarian Dwimuka Jali lahir dan evolusinya dari pemakaian 2 topeng menjadi beberapa. Dwimuka Jali menggambarkan dua sisi manusia: baik dan buruknya, tua dan muda, atau suka dan dukanya. Tarian Dwimuka Jali menurut pencpitanya, Didik Nini Thowok, mulanya menggabungkan dua macam tarian dari dua budaya yang berbeda, yaitu tarian Bali dan Topeng Cirebon. Evolusi tarian Dwimuka kemudian menggabungkan tari Piring dari Padang, tarian Topeng Jawa dan juga dari dua negara yang berbeda, China, India, dan Jepang. Penampilan terakhir Didik Nini Thowok yang terakhir menggabungkan berbagai rupa dari dirinya menampilkan Dwimuka Jali dan berganti wajah serta atribut langsung di depan penonton. Begitu Didik selesai menari, para penonton berdiri dan memberikan "standing ovation" mengagumi dan menghormati kreatifitasnya juga kemahirannya sebagai seorang seniman tari.






Begitu acara berakhir, saya mengajak dua putri kami mendekati Didik Nini Thowok. Saya menyalami dan memberikan selamat serta kemudian meminta berphoto bersama (begitu pula beberapa orang Indonesia yang menghadiri penampilan Didik). Tidak lupa tentunya saya meminta sang maestro menandatangani program acara kami. Sungguh malam yang memukau, meski karena susunan bangku di Marquand Chapel membuat penonton agak susah menyaksikan keseluruhan penampilan Didik Nini Thowok tanpa berusaha berdiri atau maju ke arah gang antara bangku.





5 comments:

  1. wow wow wow....
    mb Di yg jauh2 di New Haven malah udah nonton live Didik Nini Thowok, sedangkan aku yg di Jogja belum berkesempatan nonton langsung :)
    *envy :)*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Shanti, senangnya kamu kunjungi. Masa' kamu malah belum pernah nonton Didik Nini Thowok langsung? Jarang ya penampilannya yg langsung di Indonesia?

      Delete
  2. wow...sewaktu mendengar gending jawa merinding gak Dian? gak kebayang rasa kangennya sm tanah air...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waktu dengar Gending Jawa sama Sindennya, aku ingin sekali merayakan pernikahan ala Jawa, hahaha. Yang nggak pernah kuduga, adalah perasaan damai mendengarkannya, Na. Seperti kembali ke kampung halaman.

      Delete
    2. hehe...yo wis..cari CD nya aja...sambil ngayal lg di pelaminan gitu...wkwkwkwk

      Delete