Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)

Tuesday, September 25, 2012

Pengalaman Terkena Penyakit SHINGLES

Namanya bisa jadi terdengar lucu, tapi penyakit yang satu ini bukan penyakit biasa. Siapapun yang dalam hidupnya pernah terkena cacar air, bisa terkena penyakit Shingles ini. Karena sebenarnya, ini yang banyak orang tidak tahu, virus cacar air yang masuk ke dalam tubuh penderitanya tidak pernah hilang atau lenyap. Sebaliknya, virus cacar air itu bisa berubah mutasi menjadi virus Shingles dan penyakit yang menjadi turunan cacar air ini, lebih berbahaya dan menyakitkan dibanding cacar air. Gara-gara iklan layanan masyarakat mengenai virus Shingles dan adanya vaksin yang sekarang bisa didapat di toko farmasi, saya jadi ingat pengalaman saya beberapa tahun lalu saat terkena penyakit Shingles ini.

Mulanya saat saya sedang berada di depan komputer, saya pikir saya merasa hangat karena pancaran matahari yang masuk ke kamar. Tapi lama-lama aneh rasanya karena "sunburn" yang saya rasa makin panas terutama di bagian punggung. Sesudah itu perasaan gerah datang, tapi tidak ada sedikit pun keringat yang muncul. Panas menyengat mulai merajalela di punggung saya dan membuat tidak nyaman. Esok harinya kulit punggung saya terasa nyeri kalau tersenggol. Setiap kali ada gesekan dari pakaian yang saya pakai atau geseran karena benda tertentu seperti kursi, nyerinya bukan main rasanya. Saya sampai meringis terus karenanya. Karena penasaran saya cari di internet gejala-gejala penyakit dengan acuan "sunburn feeling" dan menemukan Shingles sebagai penyebabnya. Sesudah itu penyakit Shingles memunculkan kedahsyatannya.

Sementara rasa panas menyengat makin menjadi di seluruh punggung, kemudian menjalar ke bagian perut. Rasa panas itu terasa sekali di kulit, terutama di bawah kulit. Selanjutnya muncul bintil-bintil kecil persis di bagian belakang pinggang kanan saya yang menjalar sampai ke bagian perut sebelah kanan sampai ke pusar. Sakitnya makin meningkat rasanya saat bintil-bintil ini muncul. Awalnya saya beri olesan Calamine, sebab saya pikir sekedar sakit kulit biasa. Bintil-bintil ini tidak terlalu gatal, tapi sakitnya bukan main daerah yang ada bintilnya. Bisa dibayangkan betapa menyakitkannya buat saya memakai celana jeans atau setiap kali ke kamar kecil, karena harus berhati-hati sekali jangan sampai menyenggol bintil-bintil yang sepertinya puluhan jumlahnya, tapi hanya berkisar di satu tempat. 

Saya akhirnya memutuskan ke dokter setelah seminggu atau lebih merasakan kedahsyatan penyakit Shingles yang ternyata virusnya menyerang syaraf di bawah kulit. Menurut dokternya, perilaku saya yang rajin mengolesi Calamine ke daerah yang ada bintil-bintilnya sudah benar. Munculnya virus Shingles ini pun bukan dipicu karena ketularan seperti cacar air, tapi lebih pada kekebalan tubuh penderita yang tiba-tiba turun. Sedihnya, obat dari Shingles ini mahal harganya, sekitar $150 untuk 10 tablet saja. Anehnya, kalau obatnya dari Canada yang jenisnya sama, harganya hanya $30. Karena saya tidak mungkin mengeluarkan uang sampai ratusan dollar untuk obatnya, dokter saya memberikan sample obat yang dia dapat dari sales representative dan pabrik obat. Sungguh dokter ini baik hatinya, memikirkan pasiennya secara finansial juga. Saya juga disarankan untuk tetap memakan obat pereda sakit (Tylennol atau Ibuprofen), seperti yang sudah saya lakukan sejak saya terkena Shingles.

Karena Shingles menyerang bagian pinggang belakang sebelah kanan dan perut bagian depan, perut saya jadinya terasa menggembung layaknya orang hamil. Saya tidak bisa memakai jeans saya yang biasa, sedangkan kalau terlalu menempel ke dekat daerah bintil-bintilnya, sakitnya bukan main. Minggu kedua saya sakit Shingles, saya sering menangis karena sakitnya yang kadang tidak tertahankan. Seakan-akan ribuan pisau menusuk-nusuk bagian punggung dan perut saya dan paling sakit di seputar pusar, dan rasa panas masih terasa juga. Lalu bintil-bintil itu satu per satu pecah mengeluarkan air dan juga darah yang sakitnya bukan main, serasa disayat-sayat pisau terus-menerus. Sudah dipastikan saya cuma bisa menangis tiap kali saya bergerak karena bagian abdomen saya menjadi sangat sensitif. Saya rajin membersihkan cairan yang keluar dari bintil-bintil yang pecah dan mengolesi Calamine ditambah salep Hydrocortisone yang bisa dibeli bebas. Sayangnya, obat sample dari dokter saya cuma untuk beberapa hari, sementara sakit saya memasuki minggu ketiga dan selanjutnya.

Setelah akhirnya sebulan lamanya saya terkena Shingles, yang hilang pertama kali adalah rasa panas yang menyerang kulit. Lalu bintil-bintil yang pecah mengering dan membuat kulitnya hitam. Tapi syaraf yang diserang Shingles masih terus terasa nyeri sampai akhirnya 1,5 bulan berlalu. Saya tidak akan lupa bagaimana menderitanya saya selama hampir dua bulan tanpa bisa mengurangi pekerjaan rumah tangga yang membuat saya harus tetap bergerak. Padahal setiap gerakan berarti menambah sakit badan saya. Rasanya ironis mengingat cacar air yang saya derita, si pemicu munculnya virus Shingles, saat saya berusia 7 tahun muncul dengan keangkerannya puluhan tahun kemudian. Satu hal yang masih membekas meski sudah beberapa tahun lewat dari sakit saya, syaraf di punggung tempat dimana bintil-bintil awal muncul, masih suka terasa nyeri seperti ada sensasi ditusuk atau disayat, yang sesekali datang. Dokter saya bilang, begitulah Shingles, karena menyerang syaraf-syaraf yang bisa jadi rusak karena virusnya, masuk akal kalau saya masih merasakan nyeri. Harap diingat, siapapun yang pernah terkena cacar air bisa terkena virus Shingles ini saat dewasa atau usia lanjut. Ada baiknya kalau ada vaksin Shingles beredar di daerah anda, langsung cari tahu infromasi lebih lanjut.


D. Yustisia


4 comments:

  1. eeh ada vaksinnya? Btw, cia kena loh, setahun setelah kena cacar air. Dokternya aja takjub krn biasanya yg kena org dewasa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baru2 ini kayaknya vaksinnya baru muncul, Ndres. sebab iklannya di TV sejak tahun lalu baru digalakkan dan kebanyakkan yg kena memang orang dewasa (manula khususnya). Bagaimana keadaan Cia waktu kena Shingles? Apa lebih parah dibanding kena cacar air?

      Delete
  2. Lebih rewel, yg kena bagian kaki sebelah kanan, untungnya cepat pulihnya dan ngga ada bekasnya. Dokternya bilang ada kemungkinan bisa kambuh lagi kalau kondisi badannya jelek.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga suka kuatir kena Shingles lagi kalau keadaan badanku kurang fit.

      Delete