Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)

Wednesday, April 3, 2013

Dilema Memilih SMA

Minggu lalu hari Rabu, saya putuskan untuk mendatangi kantor program New Haven Magnet School di Meadow Street. Sudah tanggal 27 Maret dan surat keputusan apakah putri sulung kami diterima atau tidak di sekolah yang kami lamar, belum datang juga. Di kota tempat kami tinggal hanya ada satu SMA dan bukan yang bagus mutunya. Sehingga kami harus mencari SMA lain di kota tetangga dengan cara mengajukan lamaran untuk program magnet school. Sebenarnya ketiga anak kami sudah masuk dan mengikuti program ini semenjak mereka masuk sekolah dasar di luar district. Program magnet school ini diadakan untuk menampung minat murid-murid dari berbagai kota di luar district sekolah-sekolah yang biasanya berada di kota terbesar. Karena itulah dijuluki "magnet school" yang bertujuan menarik berbagai murid dari beragam lingkungan, latar belakang budaya dan ras, yang berusaha memperoleh pendidikan maksimal dengan program dasar tertentu. Kami mengenal program magnet school ini saat si sulung masih berada di preschool. Social worker sekolah yang menganjurkan kami mendaftarkan Emily untuk bersekolah di sekolah di luar district. Karena menurutnya, dengan kemampuan Emily, cocoknya bersekolah di sekolah di kota tetangga yang lebih banyak menawarkan banyak kesempatan berkembang. Begitu putri kami selesai masa preschool-nya, kami mendaftarkan dia ke program magnet school. Sayangnya, dia tidak mendapatkan tempat, jadi untuk bersekolah TK, putri kami pergi ke sekolah di daerah kami, yang tepat di seberang apartemen. Tahun kedua kami mendaftarkan Emily ke program magnet school di kota New Haven, dia mendapatkan tempat untuk kelas 1 di Davis Street Elementary School, sekolah pilihan kedua kami.

Kembali lagi ke cerita saya yang menuju kantor magnet school untuk mendapatkan berita mengenai diterima atau tidaknya putri sulung kami di SMA yang kami lamar. Saya sendiri ikut was-was karena program magnet school ini adalah bersistem lotere yang hasilnya belum tentu sesuai dengan harapan. Kami harus memilih 3 sekolah dimana hirarkinya sesuai dengan pilihan yaitu sangat diharapkan, diharapkan dan kurang diharapkan. Strategi meletakkan pilihannya ini yang tadinya menjadi dilema. Sebab masing-masing SMA memiliki latar belakang dan penekanan program pendidikan yang berbeda. Akibat sistem lotere inilah, putri kami stress, juga kami,  karena kalau sampai dia mendapatkan pilihan kedua atau ketiga, berarti dia tidak akan mendapatkan pelajaran musik atau seni lainnya. Sekolah pertama yang kami pilih mempunyai penekanan pada pelajaran berbagai seni, dan Emily sebagai pemain biola, sangatlah berharap dia bisa temasuk dalam string program-nya. Pilihan SMA ini harus sesuai dengan keinginan si anak untuk mempelajari pendidikan tertentu dan berhubungan erat dengan jenis kuliah yang nanti akan dilanjutkan begitu lulus. Pilihan sekolah kedua menekankan pada IPA dan sekolah ketiga pada pendidikan IPS, seperti ekonomi dan hukum. Ketiga sekolah termasuk yang baik mutunya di kota New Haven dengan berbagai program penunjang yang kaya, serta organisasi pendukung yang kuat.

Saat saya akhirnya berhadapan dengan petugas di kantor magnet school, dia memberitahu kalau putri kami diterima penuh di pilihan sekolah pertamanya, yang program dasar sekolahnya adalah seni. Diterima penuh berarti, putri kami dipastikan masuk di SMA ini. Karena ada juga kemungkinan diterima tapi masuk dalam daftar tunggu. Daftar tunggu ini bisa jadi panjang dan kemungkinan besar hanya yang mendapatkan nomor 1-5 saja yang bisa mendapatkan kesempatan masuk. Itu pun kalau ada anak yang diterima lalu mengundurkan diri dan keputusan daftar tunggu itu bisa baru muncul saat liburan summer habis. Itulah sebabnya kami dan putri kami was-was dan sempat takut kalau hasil loterenya tidak sesuai harapan. Meskipun SMA yang menjadi favorit kami dan jadi pilihan pertama program terkuatnya adalah seni, tapi bukan berarti bidang akademik lainnya tidak dihiraukan. Masing-masing SMA memiliki program persiapan masuk perguruan tinggi dan standarnya berbeda. SMA putri kami nanti termasuk yang banyak jenis program persiapannya dan kalau dilihat dari segi ranking hasil lulusannya yang masuk perguruan tinggi, nomor 2, dibawah SMA yang menjadi pilihan kedua kami. Hasil lotere yang akhirnya saya dapatkan lewat petugas magnet school itu segera saya sampaikan ke putri kami, yang langsung berteriak kegirangan, lalu menangis haru di pundak saya, ditonton oleh dua gurunya dan teman-temannya yang saat itu sedang bubar sekolah. Lega sekali rasanya beban pikiran kami yang bermula dari awal Januari saat kami menyampaikan lamaran untuk ikutan lotere magnet school dan akhirnya mendapatkan jawabannya di akhir Maret. Harapan kami, semoga SMA pilihan kami ini bisa menjadi tempat terbaik bagi putri kami menimba ilmu dan meningkatkan prestasinya.

No comments:

Post a Comment