Welcome to My Sanctuary

If you are a dreamer, come in.
If you are a dreamer, a wisher, a liar,
A hope-er, a pray-er, a magic bean buyer...
If you're a pretender, come sit by my fire.
For we have some flax-golden tales to spin.
Come in!
Come in!


(INVITATION - Shel Silverstein)
Showing posts with label life style. Show all posts
Showing posts with label life style. Show all posts

Tuesday, June 11, 2013

Festival Seni Audubon Arts on the Edge

Memperkenalkan seni itu bisa bermacam-macam caranya. Salah satu yang dilakukan oleh New Haven Art Council adalah mengadakan acara tahunan yang biasanya jatuh pada bulan Juni, bernama AUDUBON ARTS ON THE EDGE, yang tahun ini berlangsung hari Sabtu lalu. Lokasi dimana acara ini digelar adalah Audubon Street yang termasuk ke dalam daerah seni di New Haven. Di jalan ini berdiri sekolah musik anak-anak, Neighborhood Music School (NMS), juga New Haven Ballet, Educational Center for the Arts (ECA), dua toko musik dan Creative Arts Workshop. Bisa dibilang, di Audubon Street itulah, berbagai kegiatan seni berlangsung untuk rupa-rupa kalangan. Bagi yang tertarik untuk belajar memainkan alat musik dan memperdalam permainan mereka, bisa ke NMS atau ECA. Bagi yang ingin belajar menari, ballet, menyanyi, dan drama, juga bisa ke dua tempat itu. Sedangkan kalau seni visual dengan media seperti kertas, kayu, tanah liat, logam, dll, bisa mendatangi Creative Arts Workshop untuk belajar. Untuk saya pribadi, tempat ini seperti surga bagi seorang seniman. Acara ini benar-benar padat dari pukul 12 siang saat dimulai sampai 5 sore dengan bermacam kegiatan seni, seperti konser biola dari murid-murid NMS, jazz band dari ECA atau sebuah SMA di New Haven, pertunjukkan ballet, panggung boneka dan lain-lain. Hal lainnya yang turut meramaikan adalah kegiatan membuat prakarya untuk anak (juga orang tuanya), yang juga beragam jenisnya.

Audubon Arts on the Edge diadakan seperti sebuah "block party", yaitu dengan cara menutup seluruh jalan di seputar satu block di Audubon Street. Acara ini bersifat kekeluargaan dan berisi hal-hal yang menghibur sekaligus mendidik terutama untuk anak-anak. Karena acara ini merupakan sebuah pesta (block party), ada beberapa sajian makanan ringan yang bisa ditemui, seperti kettle popcorn, Italian ice dll. Putri sulung kami dan si bungsu pernah turut mengisi acara Audubon Arts ini bersama group biolanya beberapa kali. Jalanan dimana acaranya berlangsung dicat warna-warni atau seperti sebelumnya dengan warna biru, untuk dijadikan tempat menggambar dengan kapur. Berbagai seniman dari mulai yang baru belajar mencoret-coret, sampai yang hasil gambarnya mengagumkan, turut unjuk gigi. Selain itu ada beberapa stand yang mewakili beberapa organisasi seperti dua museum yang ada di kota New Haven, New Haven Public School, maritime aquarium, supermarket organic, dan beberapa bisnis yang berada di Audubon Street. Masing-masing stand memamerkan benda-benda menarik yang bisa disentuh dan dicoba. Misalkan kegiatan "petting instrument", atau menjajal memainkan alat musik. Kegiatan ini sangat menarik bagi anak-anak kecil yang penasaran untuk memainkan sebuah biola atau flute, misalnya. Barang-barang lainnya bisa jadi berupa dua pasang paru-paru yang menggambarkan sebuah paru-paru sehat dan yang sakit akibat kebiasaan merokok, atau kerangka manusia dan binatang, bahkan binatang hidup dari laut, seperti bintang laut atau keong yang kesemuanya boleh disentuh. Kegiatan tahunan ini bebas biaya dan selalu ramai dengan pengunjung, yang berlangsung tanpa perduli hujan turun. Karena the show must go on!


Seorang gadis remaja sedang menggambar di jalanan (2013), si tengah dan si bungsu asyik menggambar dengan kapur (2011) dan si bungsu dengan pelanginya (2013)





Dua pasang paru-paru yang boleh dipegang dan diperiksa (pengunjung harus memakai sarung tangan plastik), memperlihatan paru-paru sehat dan yang sakit karena rokok.


 

Kegiatan petting instruments, memberikan kesempatan anak-anak untuk menjajal bermain sebuah alat musik.



Dua seniman sedang memperagakan kepandaiannya, seorang pemahat dan seorang seniman gambar.




Ajang membuat prakarya, menghias hoola hoop (2011) dan bermain hoola hoop bersama (2013)




Bermacam-macam pertunjukkan seni.






Hiburan untuk anak-anak kecil.




Makanan khas yang ada di Audubon Arts, Italian ice dan kettle corn.




Thursday, June 6, 2013

Quinceanera, Perayaan Ulang Tahun Extravaganza

Suatu sore di hari Sabtu, saya lihat serombongan muda-mudi berjalan melewati halaman di bagian kampus Yale University. Melihat cara berpakaian muda-mudi yang berjalan berpasangan ini, saya berpikir mungkin ada pesta pernikahan yang sedang mengadakan photo shoot, apalagi karena ada limousine putih parkir di pinggir jalan. Ternyata sesudah pasangan muda-mudi itu berlalu, seorang gadis berpakaian bak Cinderella berjalan menyusul. Dia didampingi seorang wanita yang turut memegangi pakaian si gadis yang sungguh terlihat seperti pakaian putri raja jaman dulu. Seorang photographer terlihat berjalan pula bersama rombongan tersebut. Begitu iringan itu sampai ke halaman di seberang Sterling Library di lingkungan kampus Yale, saya langsung tahu photo shoot yang akan berlangsung adalah untuk si gadis berpakaian Cinderella yang merayakan ulang tahunnya ke-15. Perayaan itu namanya QUINCEANERA (baca: kin-sa-nyera).







Perayaan Quinceanera adalah perayaan yang dikhususkan bagi gadis yang berulang tahun ke-15 menurut tradisi beberapa bangsa Amerika Selatan atau yang berbahasa Spanyol. Orang-orang Mexico, Puerto Rico, Cuba dan negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan yang terkenal dengan perayaan besar-besarannya untuk si gadis yang berulang tahun. Dari mulai kendaraan yang akan dinaiki oleh si gadis, pakaian yang dikenakannya, perhiasan, sepatu, pestanya sendiri yang harus semeriah mungkin, juga pendamping si gadis, layaknya pagar ayu dan pagar bagus di acara pernikahan di Indonesia. Gadis-gadis yang mendampingi yang berulang tahun disebut "Dama", sedangkan pendamping laki-lakinya disebut "Chambelan" atau "Escorte" juga "Galan". Jumlahnya biasanya masing-masing 7 orang, yang menjadikan total 15 orang bersama si gadis yang berulang tahun. Perayaan Quinceanera ini benar-benar besar-besaran bagi keluarga Amerika Latin. Pakaian yang dipakai si gadis yang berulang tahun bisa jadi ribuan harganya dan ada yang khusus dirancang untuknya. Para pendampingnya pun berpakaian resmi, berupa gaun pesta dan setelan jas, yang kemungkinan besar dipesan pada penjahit tertentu. Gaya si gadis yang berulang tahun pun dibuat sedimikian rupa layaknya putri raja, dengan tiara di kepalanya, dan perhiasan yang gemerlapan.

Quinceanera adalah salah satu wujud pelaksanaan tradisi keluarga para pendatang dari Amerika Selatan, layaknya Bat Mitzvah  (Bar Mitzvah untuk anak laki) yang merupakan perayaan serupa oleh bangsa Yahudi. Perayaan ini berhubungan dengan akil baligh atau karena yang berulang tahun seorang gadis, sebagai simbol peralihan masa remaja menuju dewasa. Karena kemungkinan tak lama kemudian, dahulu kala, si gadis yang baru saja beralih 15 tahun akan menikah. Quinceanera bisa jadi ajang untuk memberitahu keluarga dan kerabat bahwa si anak gadis sudah siap untuk dilamar. Perayaan Quinceanera yang berasal dari kata "quince" atau XV ini bisa berlangsung layaknya pesta pernikahan dan diadakan besar-besaran. Selain tamu-tamu yang beragam dan harus berpakaian resmi, ada pula hiburan langsung lewat pagelaran musik atau menyewa DJ. Tidak lupa makanan dan minuman yang dihidangkan juga berkelas melalui jasa catering. Hadiah-hadiah yang akan diberikan para tamu dimasukkan ke dalam daftar hadiah atau gift registry di toko tertentu. Bisa dibayangkan dari photo-photo yang saya ambil, bakal semeriah apa perayaan Quinceanera si gadis dengan pakaian biru laksana Cinderella itu. Tapi kemudian saya membatin, seandainya orang tua di gadis punya anak gadis lebih satu dan umurnya berdekatan (seperti kami, misalnya), wah, berapa banyak uang yang akan dikeluarkan untuk tiap Quinceanera? Bisa-bisa nanti orang tuanya bangkrut hanya untuk sebuah Quinceanera.










Tuesday, May 21, 2013

How do you like your egg?

Pelajaran pertama saat berkunjung ke sebuah restoran di Amerika, adalah bagaimana cara memesan makanan. Hampir selalu kita bisa menyebutkan sebuah menu memakai nomor urutannya di daftar menu atau menyebutkan namanya. Tapi dari sekian menu yang ada di restoran, bisa dipastikan ada pilihan menu yang harus dipesan sesuai dengan selera orang yang akan menyantapnya. Misalkan, kalau memesan steak atau makanan yang ada daging sapinya, pasti akan ditanya,"How do you like your steak? Pilihan untuk steak ada 3: rare atau agak mentah; medium rare atau setengah matang; dan well done atau matang. Yang sulit itu adalah bagaimana menerangkan selera menyangkut bagaimana telur dimasak. Pertanyaan,"How do you like your egg?", biasanya akan ditanyakan kalau kite pergi ke restoran berupa diner, yang menyajikan makanan berupa sarapan, makan siang dan makan malam.

Pilihan bagaimana telur dimasak itulah yang membuat saya belajar macam-macam istilah menyangkut itu. Awalnya, saat pertama kali saya ditanyakan seorang pelayan,"How do you like your egg?", saya bingung. Wah, saya suka telur yang dicampur putih dan kuningnya, lalu dimasak sampai kering bolak-balik. Karena saya belum tahu istilahnya, jadi akhirnya saya jelaskan ke si pelayan,"I want my egg mix together, then fry until crispy and turn it to fry it again." Lalu si pelayan bilang,"Ah, you want  your egg OVER EASY". Saya percaya sajalah, maklum belum tahu bagaimana rupa si telur nanti. Sewaktu makanan yang kami pesan datang, terlihatlah telur yang ternyata memang yang saya mau. Lalu si pelayan bertanya,"Is this how you want your egg?" Yes, indeed!

Dari situ saya juga belajar kalau telur yang seleranya suami, apa istilahnya. Karena dia suka telur ceplok mata sapi yang kuningnya agak mentah, maka disebutnya SUNNY SIDE UP. Memang kuning telurnya menyerupai matahari yang bersinar. Ayo kita belajar mengenal istilah bagaimana memasak telur:

- Telur ceplok mata sapi      = SUNNY SIDE UP
- Telur ceplok, dicampur dan goreng kering bolak-balik      = OVER EASY
- Telur orak-arik        = SCRAMBLE EGG
- Telur dadar              = OMELETTE
- Telur rebus matang           = HARD-BOILED EGG
- Telur rebus agak mentah   = SOFT-BOILED EGG
- Telur rebus setengah matang    = VERY SOFT-BOILED EGG
(Beda antara soft-boiled egg dengan very soft-boiled egg adalah lama memasaknya. Very-soft boiled egg lebih lama sedikit memasaknya, tapi tidak selama kalau memasak hard-boiled egg)

- Telur rebus berbumbu       = DEVILED EGG
(Jenis masakan telur ini berupa telur rebus matang (hard-boiled egg) yang diambil bagian kuningnya, lalu dicampur bumbu atau potongan daun2an. Jenis telur yang ini tidak akan dijumpai di restoran, karena biasanya disajikan sebagai makanan pembuka di sebuah pesta.)

- Kuning telur            = EGG YOLK
- Putih telur                = EGG WHITE
- Telur kocok             = BEATEN EGG


Gara-gara membicarakan soal memasak telur, jadi kepingin kan? Kalau begitu, silahkan memandangi photo jepretan saya yang mengabadikan telur.




Saturday, August 11, 2012

Serba-serbi Mencuci Pakaian di Amerika

Pelajaran pertama saya sewaktu baru-baru saja memulai hidup di Amerika adalah bagaimana caranya mencuci pakaian. Mencuci pakaian adalah satu dari sederet pekerjaan rumah tangga yang mesti seseorang lakukan. Mau dia berstatus menikah atau bujangan, pekerjaan mencuci pakaian itu mau tidak mau harus dikerjakan. Fasilitas untuk mencuci pakaian itu beragam. Yang saya bahas di sini adalah fasilitas yang ada di sebuah gedung apartemen atau fasilitas umum dan bukan sarana mencuci di rumah pribadi. Jam menunjukkan pukul 1 pagi. Saya lihat dua putri saya tertidur pulas di atas kursi panjang di laundromat. Sementara itu suami sedang menonton TV sambil memangku si bungsu. Saat itu saya sedang melipat pakaian yang baru saat keluar dari mesin pengering. Pemandangan itu bagi beberapa keluarga adalah bukan hal yang asing lagi. Karena orang dewasanya mesti bekerja di pagi hari sampai malam, beberapa ada yang bekerja sampai 6 hari seminggu, pekerjaan mencuci pakaian harus dikerjakan dini hari saat libur kerja. Bahkan saat kami datang ke laundromat pukul 10 malam pun, di hari-hari tertentu, laundromat itu ramainya bukan main. Beberapa laundromat terbuka 24 jam supaya orang-orang yang kerjanya dalam shifts bisa tetap mencuci pakaian mereka.

Fasilitas umum untuk mencuci pakaian di sini disebutnya LAUNDROMAT. Masing-masing laundromat punya nama-nama unik, seperti "Spic and Span", "Sack of Suds", "Tumble O'Clean" dll. Masing-masing laundromat punya ciri khas tersendiri dan cara menarik perhatian pelanggan. Saya dan keluarga sudah beberapa kali berganti laundromat. Ada laundromat yang menyediakan minuman hangat seperti kopi atau teh dan kue-kue kering. Ada pula yang memberikan kesempatan mencuci gratis untuk setiap 10 kali mencuci. Jadi masing-masing pelanggan diberikan semacam kartu yang nantinya dicap atau dilubangi oleh penjaga laundromat. Sesudah kartu itu penuh 10 kali, pelanggan bisa mencuci gratis terserah apapun ukuran mesin cucinya. Pembayaran untuk pemakaian mesin-mesin di laundromat beragam. Pembayaran yang umum dalah memakai koin berupa uang logam 0.25 cents. Pelanggan bisa mendapatkan tukaran uang receh di mesin khusus yang menerima uang kertas $1, $5, $10 dan $20. Laundromat lain ada yang menggunakan kartu khusus yang mereka keluarkan. Kartu ini bisa diisi ulang oleh pelanggan. Untuk pembelian kartunya, pelanggan harus membayar $2, baru kemudian bisa mengisi sesuai keperluan. Di kartu tersebut terdapat computer chip yang gunanya untuk membaca akses kartu di tiap mesin.

Di laundromat ada beberapa ukuran mesin cuci: kecil, medium dan big loads. Mesin cuci atau washer ukuran kecil ini biasanya membutuhkan $2.50 sampai $3 untuk menjalankannya. Sedangkan untuk mesin cuci medium membutuhkan $3.50 sampai $4.50. Mesin cuci big loads betul-betul ukurannya besar, sampai-sampai anak kecil pun bisa masuk ke dalamnya. Mesin ini membutuhkan $5 sampai $6 untuk menjalankannya. Sedangkan untuk pemakaian mesin pengering atau dryer membutuhkan 0.25 cents per 8 menit atau kalau hitungannya sama rata untuk beberapa menit di beberapa laundromat, membutuhkan $1.50 per putaran pertamanya. Kalau cuciannya belum kering dan mau menambah waktu, tinggal memasukkan uang lagi. Ukuran mesin pengering biasanya sama. Tapi di beberapa laundromat disediakan mesin pengering jumbo yang daya pengeringnya untuk standar industri. Untuk memulai menjalankan mesin besar ini membutuhkan 0.50 cents.

Pengalaman unik saya selama mencuci pakaian di laundromat umum maupun di apertemen beragam. Suatu waktu seorang pelanggan lain berusaha menuang bleach (pemutih) ke dalam mesin cuci big loads. Karena mesinnya tinggi, dia harus memakai tangga lipat. Sedangkan saat itu saya sedang di mesin sebelahnya sedang memasukkan pakaian. Bleach yang dia tuang muncrat ke saya dengan hebohnya, membuat saya marah-marah ke orang itu. Karena bukan hanya bleach itu membahayakan buat saya, itu juga bisa membuat pakaian saya belang-belang menjadi putih. Lain waktu ketika saya membuka untuk memakai mesin pengering yang kosong tapi masih berputar, tiba-tiba sebuah benda melayang ke arah saya. Saya kaget dan lebih terpana lagi karena benda itu ternyata sebundel uang kertas berjumlah $15. Namanya rezeki, lumayan bisa untuk mencuci lagi. Pengalaman lain sewaktu saya masih memakai ruang laundry di apartemen lama, suatu pagi saya menemukan 2 mesin pengering ditidurkan dan bagian tempat penampungan uangnya terbuka. Rupanya ada yang berusaha mendongkel kotak uangnya untuk mencurinya. Cerita lain sewaktu beberapa bulan lalu, pak walikota datang meninjau laundromat saat saya sedang mencuci di situ. Pak walikota datang sebagai tamu turut merayakan ultah ke-5 laundromat favorit saya itu dan merupakan upaya walikota serta pemerintah kota untuk memajukan usaha lokal. Kemudian kami disuguhi makan siang yang nikmat oleh si pemilik laundromat.

KETERANGAN PHOTO:

Photo pertama adalah sederetan mesin-mesin pengering ukuran biasa.
Photo kedua adalah sederetan mesin-mesin cuci ukuran kecil.

Thursday, August 9, 2012

God Bless Your Laundry dan Cerita Unik Lain dari Laundromat

Sabtu yang baru saja lewat, saya pergi ke laundromat. Saya datang pagi saat laundromat masih agak sepi. Saat sedang menunggu putaran cucian selesai, tiba-tiba datang tiga wanita paruh baya ke laundromat. Mereka mengenakan kaos merah dan salah satu diantaranya dengan lantang menyapa, "Good morning. We're here to bless your laundry". Saya dan beberapa pelanggan lain dan juga pemilik laundromat terkesima. Ada apa ini, "laundry blessing" segala? Lalu si ibu berkulit hitam dan berkacamata itu meneruskan lagi,"We're going to pay for all your laundry needs." Wah, menarik sekali ini!. Rupanya ketiga ibu itu berasal dari sebuah gereja di kota kami dan sedang berusaha memperluas jaringan. Tapi mereka tidak terlalu menekankan pada hal-hal yang misionaris. Saat si ibu mendekati saya dan menawarkan untuk membayar semua mesin pengering cucian yang saya pakai, beliau bilang,"God bless you for doing laundry." Waduh, saya hampir terbahak-bahak mendengarnya.Lalu si ibu memasukkan satu demi satu uang receh 25cents ke dalam 4 mesin pengering yang saya pakai. Kebetulan sekali cucian kotor saya sedang banyak, lumayan saya mengirit $5 untuk mengeringkan pakaian. Beberapa pelanggan lainnya yang baru saja datang masing-masing diberikan 1 bungkus kumpulan receh bernilai $10 untuk memakai mesin cuci. Benar-benar Sabtu yang menguntungkan.

Di lain waktu, laundromat selain menjadi tempat membersihkan pakaian, juga menjadi tempat menyaksikan suatu peristiwa. Seperti waktu ada pernikahan yang berlangsung di gereja seberang laundromat. Saya, pemilik laundromat bernama Patricia dan kawannya yang sudah sepuh asyik membincangkan kerabat dari mempelai yang sedang menunggu di luar gereja. Orangnya tampan dengan rambutnya yang keriting dan gaya yang sangat "boyish", padahal usianya sudah 30-an. Pada kesempatan lain kami membincangkan upacara penguburan yang berlangsung, yang diiringi dengan alunan bagpipes. Kadang di tengah-tengah kebosanan menunggu, ada saja peristiwa aneh tapi nyata yang terjadi. 

Seperti saat Patricia bercerita tentang seorang ibu yang saya juga tahu datang bersama bayinya ke laundromat. Ibu ini suka sekali berpakaian seronok, entah itu memakai baju kutangan, tanpa lengan atau berupa kemben dan celana pendek yang sangat pendek. Suatu hari si ibu sedang menunggu cuciannya dan hendak menyusui bayinya. Menurut Patricia yang ada di situ bersama putranya yang berusia 40-an tahun, si ibu membuka baju kembennya sebelah kiri dan memperlihatkan payudaranya. Lalu menarik bagian sebelah kanan dan memperlihatkan payudara sebelahnya untuk kemudian menyusui bayinya. Tentu saja Patricia dan putranya terbelalak kaget memperhatikan ini. Si ibu sepertinay merasa nyaman saja memperlihatkan satu payudaranya di laundromat tanpa berusaha menutupinya sama sekali.

Peristiwa menarik dan unik lainnya saya alami sewaktu pagi hari saya sedang membereskan pakaian kotor. Seorang bapak mendatangi putra si pemilik laundromat di luar. Mereka saya lihat sedang terlibat pembicaraan serius. Lalu Jim, si pemilik laundromat masuk ke dalam dan memanggil saya. Dia bertanya apakah saya bisa mengikatkan dasi. Saya sempat heran tapi langsung menjawab,"Yes, I can." Kemudian si Jim meminta saya menolong si bapak tadi yang rupanya membawa sebuah dasi berwarna biru ke laundromat. Jim bilang dia tidak bisa mengikatkan dasi, sebab selama ini ibunya yang memakaikannya. Si bapak memberikan dasinya ke saya dan saya ikatkan dengan rapi ke dia. Dengan suara yang pelan si bapak bilang "thank you" dan bergegas keluar dari laundromat dengan wajah yang serius. Sepertinya dia nervous. Mungkin dia akan menghadapi wawancara kerja. 

Beragam cerita yang terjadi di laundromat ada juga yang memilukan. Seperti waktu seorang pekerja laundromat datang bekerja dengan wajah yang biru-lebam. Dia bercerita tentang penganiayaan yang terjadi terhadapnya oleh 2 tetangganya. Cerita lain saat sepasang suami-istri yang sama-sama sudah nenek dan kakek datang ke laundromat dan bertengkar hebat. Pekerja laundromat sampai mengancam akan memanggil polisi karena pertengkaran mereka sudah menuju ke hal fisik. Kejutan pun pernah terjadi sewaktu bapak walikota bersama rombongannya berkunjung ke laundromat untuk menyapa para pemilik, mencicipi panganan yang disajikan dan beramah-tamah. Rasanya aneh juga mencuci sambil disaksikan walikota. Itulah kenapa buat saya mencuci pakaian di laundromat itu kadang bukan hal yang menjemukan. Sebab entah cerita apa lagi yang bakal berlangsung di depan mata, kita tunggu saja tanggal mainnya.


D. Yustisia

(Ditulis dan dipasang di dianadji.multiply.com 14-6-12)




Keterangan photo:

Photo A: type mesin cuci ukuran sedang(40 pounds) dan besar (60 pounds)
Photo B: mesin-mesin cuci dan pengering serta meja untuk melipat baju




Photo C: beberapa mesin pengering cucian

 

Tuesday, August 7, 2012

Tinggal di Amerika & Kebiasaan Memberikan Tips

Salah satu pelajaran pertama bagi siapa saja yang baru saja tinggal di Amerika adalah untuk membiasakan diri memberikan tips. Tips atau dalam sebutan lain "gratuity" bukanlah hal baru dalam etiket sosial di negara Barat. Tips bukan uang rokok seperti di Indonesia. Tips bukan juga uang pelicin. Tips adalah bentuk dari penghargaan seseorang karena orang yang membantunya sudah mengerjakan hal yang layak atau baik menurutnya. Meski demikian, memberikan tips bukanlah sebuah paksaan atau keharusn, kecuali memang sudah ada aturannya. Misalkan, kalau kita datang ke sebuah restoran beserta banyak orang, maka memberikan tips pada pelayan yang melayani kita adalah sangat dianjurkan. Besarnya tips pun beragam dan biasanya sudah ada ketentuannya sekian persen dari negara bagian bersangkutan. Contohnya, tips sebesar 15% kalau di sebuah restoran itu adalah sesuatu yang lazim. Tapi restorannya pun biasanya yang skalanya menengaj ke atas, bukan restoran fast food atau yang berbentuk kedai biasa. Kalau di kedai biasa seperti diner atau restoran kecil, tips sebesar 10% sudah cukup.

Pemberian tips ada dua macam, berupa uang tunai yang kita tinggalkan di meja tempat kita makan, misalnya, atau yang langsung kita berikan pada si pemberi jasa, bisa juga digabungkan dalam kartu kredit saat kita membayar harga makanan. Tips tidak hanya berlaku di restoran. Kalau kita memotong rambut ke sebuah salon atau barbershop, tips kita berikan pada si pemberi jasa dalam bentuk uang tunai. Kebiasaan saya, tips untuk pemotong rambut adalah minimal $5. Tips juga bisa diberikan pada orang yang sudah membantu melayani kita dan jumlahnya bisa jadi kecil. Seperti misalnya meninggalkan kembalian receh di kedai donut atau tempat pengisian BBM. Di beberapa hotel besar atau apartemen mewah, tips diberikan pada orang yang membawakan koper kita atau membukan pintu. Supir taksi pun biasanya mendapatkan tips dari para penumpangnya, demikian juga pengantar makanan take-out.
Uang tunai yang ditinggalkan di atas meja di restoran pun tidak akan ada yang mengambilnya. Sebab orang sudah tahu, tips itu biasanya memang ditinggalkan di meja

Di Amerika ada aturan dari lembaga pajak bahwa para pekerja yang mendasarkan pendapatannya dari gaji dan tips, harus memberikan rincian jumlah tipsnya saat kewajiban mengisi formulir pajak tiap tahunnya tiba. Bagi yang tidak melaporkan pendapatannya dalam bentuk tips, bisa dikenai denda atau ancaman hukuman pidana. Tapi laporan ini tidak berlaku bagi orang yang tidak selalu mendapatkan tips seperti supir taksi, pembuka pintu apartemen, pengantar makanan atau pekerja di pomba bensin. Keharusan melaporkan penerimaan tips itu biasanya dilakukan oleh para pekerja di salon atau pelayan restoran. Karena pemberian tips ini lebih banyak tergantung pada pribadi yang bersangkutan yang memberi, jumlahnya bisa beragam. Sayangnya, oleh segelintir pengusaha restoran, terutama yang pemiliknya orang China, saya mengetahui dari beberapa pelayan yang bekerja di situ kalau tips mereka dikumpulkan dan diberikan ke mereka sebagai gaji mereka dan bukan sebagai tips. Jadi bisa dibilang pengusaha ini berbuat curang dengan menggunakan uang tips sebagai gaji dari pekerjanya.

Saat saya masih bekerja menjadi kasir toko, saya suka ditinggali recehan dari para pelanggan. Kalau dikumpulkan selama 8 jam bekerja, lumayan juga dapatnya. Lain hari saat saya membantu memilihkan seorang ibu membeli sebuah permainan lottere, ternyata dia menang besar. Si ibu memberikan saya tips sebesar $20. Kata dia, saya berhak tips itu. Seorang bapak pun pernah memberikan saya tips sebesar itu karena saya selalu membantu dia mengurusi permainan lottere-nya hampir setiap hari. Sedangkan cerita yang terbaru menyoal tips terjadi saat saya sekeluarga makan bersama teman dan suaminya di New York di sebuah restoran Thai. Kami sudah menyisihkan uang untuk tips-nya, kemudian si pelayan datang mengembalikannya. Katanya "gratuity" sudah termasuk dalam hitungan biaya makan kami. Kami kagum karena si pelayan jujur, meski kami tidak keberatan tentang tips-nya. Pengalaman lainnya termasuk aneh bin ajaib, sewaktu saya, suami dan beberapa kawannya makan di sebuah restoran Chinese-Malaysia. Pelayanan dari si pelayan sangat kasar, dengan membanting piring hidangan ke meja dan melengos begitu saja kalau memberikan sesuatu ke kami. Kami memberikan tips yang sesuai dengan jumlah harga makanan yang kami santap, 10% saja. Toh, kami pikir, pelayanannya juga kurang memuaskan. Begitu kami beranjak meninggalkan meja kami, si pelayan mengejar kami dan protes minta tambahan tips-nya yang menurut dia kurang apalagi karena kami datang berempat. Mestinya si mbak pelayan sadar diri, tips besar itu datang lewat upayanya yang baik melayani orang. Kalau pelayanannya sudah kasar, apa pantas dia meminta tips besar? Jangan lupa, intinya memberikan tips adalah kerelaan, tapi bukan berarti pelit dalam memberikannya.


D. Yustisia