Sabtu yang baru saja lewat, saya pergi ke laundromat.
Saya datang pagi saat laundromat masih agak sepi. Saat sedang menunggu
putaran cucian selesai, tiba-tiba datang tiga wanita paruh baya ke
laundromat. Mereka mengenakan kaos merah dan salah satu
diantaranya dengan lantang menyapa, "Good morning. We're here to bless
your laundry". Saya dan beberapa pelanggan lain dan juga pemilik
laundromat terkesima. Ada apa ini, "laundry blessing" segala? Lalu si
ibu berkulit hitam dan berkacamata itu meneruskan lagi,"We're going to
pay for all your laundry needs." Wah, menarik sekali ini!. Rupanya
ketiga ibu itu berasal dari sebuah gereja di kota kami dan sedang
berusaha memperluas jaringan. Tapi mereka tidak terlalu menekankan pada
hal-hal yang misionaris. Saat si ibu mendekati saya dan menawarkan untuk
membayar semua mesin pengering cucian yang saya pakai, beliau
bilang,"God bless you for doing laundry." Waduh, saya hampir
terbahak-bahak mendengarnya.Lalu si ibu memasukkan satu demi
satu uang receh 25cents ke dalam 4 mesin pengering yang saya pakai.
Kebetulan sekali cucian kotor saya sedang banyak, lumayan saya mengirit
$5 untuk mengeringkan pakaian. Beberapa pelanggan lainnya yang baru saja
datang masing-masing diberikan 1 bungkus kumpulan receh bernilai $10
untuk memakai mesin cuci. Benar-benar Sabtu yang menguntungkan.
Di
lain waktu, laundromat selain menjadi tempat membersihkan pakaian, juga
menjadi tempat menyaksikan suatu peristiwa. Seperti waktu ada
pernikahan yang berlangsung di gereja seberang laundromat. Saya, pemilik
laundromat bernama Patricia dan kawannya yang sudah sepuh asyik
membincangkan kerabat dari mempelai yang sedang menunggu di luar gereja.
Orangnya tampan dengan rambutnya yang keriting dan gaya yang sangat
"boyish", padahal usianya sudah 30-an. Pada kesempatan lain kami
membincangkan upacara penguburan yang berlangsung, yang diiringi dengan
alunan bagpipes. Kadang di tengah-tengah kebosanan menunggu, ada saja
peristiwa aneh tapi nyata yang terjadi.
Seperti saat Patricia bercerita
tentang seorang ibu yang saya juga tahu datang bersama bayinya ke
laundromat. Ibu ini suka sekali berpakaian seronok, entah itu memakai
baju kutangan, tanpa lengan atau berupa kemben dan celana pendek yang
sangat pendek. Suatu hari si ibu sedang menunggu cuciannya dan hendak
menyusui bayinya. Menurut Patricia yang ada di situ bersama putranya
yang berusia 40-an tahun, si ibu membuka baju kembennya sebelah kiri dan
memperlihatkan payudaranya. Lalu menarik bagian sebelah kanan dan
memperlihatkan payudara sebelahnya untuk kemudian menyusui bayinya.
Tentu saja Patricia dan putranya terbelalak kaget memperhatikan ini. Si
ibu sepertinay merasa nyaman saja memperlihatkan satu payudaranya di
laundromat tanpa berusaha menutupinya sama sekali.
Peristiwa
menarik dan unik lainnya saya alami sewaktu pagi hari saya sedang
membereskan pakaian kotor. Seorang bapak mendatangi putra si pemilik
laundromat di luar. Mereka saya lihat sedang terlibat pembicaraan
serius. Lalu Jim, si pemilik laundromat masuk ke dalam dan memanggil
saya. Dia bertanya apakah saya bisa mengikatkan dasi. Saya sempat heran
tapi langsung menjawab,"Yes, I can." Kemudian si Jim meminta saya
menolong si bapak tadi yang rupanya membawa sebuah dasi berwarna biru ke
laundromat. Jim bilang dia tidak bisa mengikatkan dasi, sebab selama
ini ibunya yang memakaikannya. Si bapak memberikan dasinya ke saya dan
saya ikatkan dengan rapi ke dia. Dengan suara yang pelan si bapak bilang
"thank you" dan bergegas keluar dari laundromat dengan wajah yang
serius. Sepertinya dia nervous. Mungkin dia akan menghadapi wawancara
kerja.
Beragam cerita yang terjadi di laundromat ada juga yang
memilukan. Seperti waktu seorang pekerja laundromat datang bekerja
dengan wajah yang biru-lebam. Dia bercerita tentang penganiayaan yang
terjadi terhadapnya oleh 2 tetangganya. Cerita lain saat sepasang
suami-istri yang sama-sama sudah nenek dan kakek datang ke laundromat
dan bertengkar hebat. Pekerja laundromat sampai mengancam akan memanggil
polisi karena pertengkaran mereka sudah menuju ke hal fisik. Kejutan
pun pernah terjadi sewaktu bapak walikota bersama rombongannya
berkunjung ke laundromat untuk menyapa para pemilik, mencicipi panganan
yang disajikan dan beramah-tamah. Rasanya aneh juga mencuci sambil
disaksikan walikota. Itulah kenapa buat saya mencuci pakaian di
laundromat itu kadang bukan hal yang menjemukan. Sebab entah cerita apa
lagi yang bakal berlangsung di depan mata, kita tunggu saja tanggal
mainnya.
D. Yustisia
(Ditulis dan dipasang di dianadji.multiply.com 14-6-12)
Keterangan photo:
Photo A: type mesin cuci ukuran sedang(40 pounds) dan besar (60 pounds)
Photo B: mesin-mesin cuci dan pengering serta meja untuk melipat baju
Photo C: beberapa mesin pengering cucian
No comments:
Post a Comment