mendengarkan cerita dari Patty, ibu
separuh baya yang asli Skotlandia, pemilik laundromat tempat saya
mencuci. Suatu hari cuma saya dan Patty di laundromat, dia sedang tekun
melipat cucian pelanggan dan saya sedang membaca. Kami bercakap-cakap
dan Patty menceritakan asal-muasalnya dia hijrah ke Amerika. Saat dia
berusia 18 tahun, dia memutuskan untuk meluaskan sayapnya dan mengejar
cita-citanya ke Amerika. Patty minta ijin pada orang tuanya dan
bersiap-siap merantau ke Amerika dari negerinya, Inggris. Waktu itu,
Patty sedang dekat dengan seorang anak muda bernama Bill yang dua tahun
lebih muda dari dia. Dari cerita Patty, saya bisa membayangkan kedekatan
mereka.
Bill dan Patty sudah merancang impian berdua, meski
Patty lebih memilih untuk mengejar impiannya dulu dan merancang hidupnya
sendiri. Patty berharap Bill turut melepaskannya pergi bersama-sama
keluarga Patty dan kerabat lain serta orang-orang dari desa mereka. Tapi
Bill tidak kelihatan saat Patty akhirnya harus pergi naik bis menuju ke
kota besar tempat lapangan udara berada. Patty bercerita sambil di
wajahnya terlihat kesedihan. Saya bisa merasakannya, harapan dia untuk
melihat Bill yang terakhir kali cuma sekedar harapan. Patty harus
menghadapi perjalanan yang lama untuk menuju kota besar dimana lapangan
udara berada, sekitar 4 - 5 jam lamanya. Hatinya masih berat karena
tidak bisa bertemu dengan Bill. Tapi ternyata saat sedang menunggu
keberangkatan di lapangan udara, ternyata Bill datang menemuinya.
Rupanya Bill tidak mau melepaskan Patty pergi bersama-sama dengan banyak
orang. Dia memilih untuk mengendarai motornya selama berjam-jam
melampaui desa dan kota kecil untuk melepas Patty. Patty bercerita
sambil berkaca-kaca. Matanya menerawang seakan menggambarkan
perpisahannya dengan Bill. Mereka berjanji untuk bertemu lagi,
menyambung mimpi-mimpi masa depan.
Sesampainya di Amerika, Patty mendapatkan pekerjaan sebagai au pair (nanny) untuk keluarga mampu di daerah Rochester, New York. Dia bekerja bersama seorang gadis yang berasal dari Inggris juga, yang kemudian menjadi sahabatnya. Sesudah bekerja sebagai au pair, Patty dan sahabatnya bekerja untuk AVON dan diberikan kesempatan untuk meneruskan pendidikan mereka. Saat itulah dimana dua gadis ini menemui kesulitan ketika mereka keluar dari pekerjaan menjadi au pair, Patty berkenalan dengan John, yang kemudian menjadi suaminya. Patty masih selalu mengingat Bill, tapi kebaikan John dan kedekatannya ke Patty membuatnya makin jatuh hati dan memilih John. Sementara itu Bill masih menunggu Patty untuk kembali ke Skotlandia. Mereka kerap berkiriman surat dan sepertinya Bill masih berharap untuk bisa bertemu dengan Patty lagi. Patty menyempatkan diri untuk kembali ke desanya dan memberitahukan Bill rencanya menikah dengan John. Sewaktu Patty bercerita ini, dia terlihat patah hati. Wajahnya terlihat sendu dan agak muram.
Patty memutuskan untuk kembali ke Amerika dan menikah dengan John. Mereka lalu memiliki dua orang putra. Sementara di Skotlandia, Bill butuh 4 tahun lamanya untuk bisa meredakan kesedihan hatinya dan mengenal gadis lain yang kemudian dia nikahi. Bill bergabung dengan angkatan darat Inggris dan merancang karir yang sangat bagus. Dia dan Patty tetap berkiriman surat, hingga suatu waktu mereka akhirnya larut dalam kehidupan masing-masing. Tahun demi tahun berlalu, perkawinan Patty dan John berakhir dengan perceraian. Menurut Patty, tiba-tiba saja suaminya merasa sudah tidak nyaman lagi menjalani perkawinan mereka. Patty yang kesepian suatu hari teringat dengan Bill. Tapi puluhan tahun sudah merentang diantara mereka, mungkinkan Bill masih ingat dia? Patty mencari nama Bill di internet dan menemukannya. Betapa bahagianya dia terutama karena tahu karir Bill yang gemilang menjadikannya dia seorang kepala kepolisian sebuah kota di Inggris. Patty awalnya ragu untuk menghubungi Bill, tapi dorongan hatinya yang dulu ada muncul lagi. Dia mengirimkan email ke Bill dan hubungan mereka pun bersemi lagi. Dari situ juga Patty tahu, Bill sudah berpisah dengan istrinya.
Hubungan Patty dan Bill semarak lagi lewat email dan telepon. Wajah Patty berseri-seri sekali saat menceritakan telepon demi telepon dari Bill ke dia. Tiba saatnya kemudian Bill mengundang Patty untuk kembali ke Inggris dan bertemu dengannya. Patty ragu sekali apalagi karena sudah puluhan tahun mereka terpisah dan tidak pernah bertemu fisik lagi. Tapi karena desakan Bill yang sedemikian kuatnya, Patty memutuskan untuk mengunjungi sepupunya di Inggris dan membuat janji bertemu dengan Bill. Patty sampai di Inggris dan tinggal di tempat sepupunya. Mereka merancang untuk bertemu, tapi Bill tidak mau menemui Patty di tumah sepupunya. Maka dia membuat janji untuk bertemu di sebuah taman. Taman yang dia pilih ternyata juga berupa tempat pemakaman. Patty sambil tertawa menceritakannya. Dia tidak keberatan dan sambil berdebar-debar menuju taman itu. Patty duduk menunggu di taman yang juga kuburan itu sendirian. Taman itu indah, begitu Patty bilang, tidak seperti sebuah kuburan. Setelah beberapa saat menunggu, Bill muncul. Wajah Patty berseri-seri menceritakan rupa Bill yang meski sudah berumur tetap kelihatan seperti laki-laki 16 tahun yang dia kenal dulu.
Sesampainya di Amerika, Patty mendapatkan pekerjaan sebagai au pair (nanny) untuk keluarga mampu di daerah Rochester, New York. Dia bekerja bersama seorang gadis yang berasal dari Inggris juga, yang kemudian menjadi sahabatnya. Sesudah bekerja sebagai au pair, Patty dan sahabatnya bekerja untuk AVON dan diberikan kesempatan untuk meneruskan pendidikan mereka. Saat itulah dimana dua gadis ini menemui kesulitan ketika mereka keluar dari pekerjaan menjadi au pair, Patty berkenalan dengan John, yang kemudian menjadi suaminya. Patty masih selalu mengingat Bill, tapi kebaikan John dan kedekatannya ke Patty membuatnya makin jatuh hati dan memilih John. Sementara itu Bill masih menunggu Patty untuk kembali ke Skotlandia. Mereka kerap berkiriman surat dan sepertinya Bill masih berharap untuk bisa bertemu dengan Patty lagi. Patty menyempatkan diri untuk kembali ke desanya dan memberitahukan Bill rencanya menikah dengan John. Sewaktu Patty bercerita ini, dia terlihat patah hati. Wajahnya terlihat sendu dan agak muram.
Patty memutuskan untuk kembali ke Amerika dan menikah dengan John. Mereka lalu memiliki dua orang putra. Sementara di Skotlandia, Bill butuh 4 tahun lamanya untuk bisa meredakan kesedihan hatinya dan mengenal gadis lain yang kemudian dia nikahi. Bill bergabung dengan angkatan darat Inggris dan merancang karir yang sangat bagus. Dia dan Patty tetap berkiriman surat, hingga suatu waktu mereka akhirnya larut dalam kehidupan masing-masing. Tahun demi tahun berlalu, perkawinan Patty dan John berakhir dengan perceraian. Menurut Patty, tiba-tiba saja suaminya merasa sudah tidak nyaman lagi menjalani perkawinan mereka. Patty yang kesepian suatu hari teringat dengan Bill. Tapi puluhan tahun sudah merentang diantara mereka, mungkinkan Bill masih ingat dia? Patty mencari nama Bill di internet dan menemukannya. Betapa bahagianya dia terutama karena tahu karir Bill yang gemilang menjadikannya dia seorang kepala kepolisian sebuah kota di Inggris. Patty awalnya ragu untuk menghubungi Bill, tapi dorongan hatinya yang dulu ada muncul lagi. Dia mengirimkan email ke Bill dan hubungan mereka pun bersemi lagi. Dari situ juga Patty tahu, Bill sudah berpisah dengan istrinya.
Hubungan Patty dan Bill semarak lagi lewat email dan telepon. Wajah Patty berseri-seri sekali saat menceritakan telepon demi telepon dari Bill ke dia. Tiba saatnya kemudian Bill mengundang Patty untuk kembali ke Inggris dan bertemu dengannya. Patty ragu sekali apalagi karena sudah puluhan tahun mereka terpisah dan tidak pernah bertemu fisik lagi. Tapi karena desakan Bill yang sedemikian kuatnya, Patty memutuskan untuk mengunjungi sepupunya di Inggris dan membuat janji bertemu dengan Bill. Patty sampai di Inggris dan tinggal di tempat sepupunya. Mereka merancang untuk bertemu, tapi Bill tidak mau menemui Patty di tumah sepupunya. Maka dia membuat janji untuk bertemu di sebuah taman. Taman yang dia pilih ternyata juga berupa tempat pemakaman. Patty sambil tertawa menceritakannya. Dia tidak keberatan dan sambil berdebar-debar menuju taman itu. Patty duduk menunggu di taman yang juga kuburan itu sendirian. Taman itu indah, begitu Patty bilang, tidak seperti sebuah kuburan. Setelah beberapa saat menunggu, Bill muncul. Wajah Patty berseri-seri menceritakan rupa Bill yang meski sudah berumur tetap kelihatan seperti laki-laki 16 tahun yang dia kenal dulu.
Bill
dan Patty bercakap-cakap di bangku di taman itu, berusaha merangkum
puluhan tahun yang memisahkan mereka. Serasa cinta muda mereka tumbuh
lagi. Di usia mereka yang sama-sama dewasa, kedekatan Bill dan Patty
yang telah silam seakan muncul dalam sekejap tanpa hambatan. Bill
menginginkan untuk membina lagi hubungan dengan Patty. Patty tadinya
agak ragu, tapi dia masih mencintai Bill juga. Bill lalu mengundang
Patty untuk berlibur dengannya berjalan-jalan berkeliling daerah di
Inggris. Karena kedudukan Bill yang cukup tinggi, dia bisa mendapatkan
fasilitas yang sangat baik saat berlibur. Patty bercerita betapa dia
dimanjakan oleh Bill, dengan disewakan sebuah kamar hotel bertema era
1800-an yang menawan dan anggun. Tempat tidurnya saja berupa "poster
bed", yang ada 4 tiang dan tirainya. Hati Patty dibuat berbunga-bunga
oleh Bill. Seakan Bill berusaha menyenangkan hati gadisnya yang puluhan
tahun lalu dia tidak bisa lakukan. Namun, meski Bill dan Patty akhirnya
menemukan diri mereka lagi dan masih saling menyayangi, Bill memutuskan
untuk kembali ke istri dan keluarganya. Patty meski kecewa, mendukung
keputusan Bill. Patty dan Bill masih berhubungan lewat telpon. Sewaktu
Pattu didiagnosa terkena kanker dan menjalani berbagai operasi, Bill
selalu memberikan perhatiannya dari jauh. Patty menyeduhai ceritanya
sambil masih melipat cucian dengan mata redup dan menyungging senyum.
Dia mungkin tidak bisa merancang impiannya bersama Bill, tapi cintanya
menjadi penghangat di hatinya. Itu kelihatan sekali dari wajahnya.
(Seperti yang diceritakan oleh Patty, di sebuah laundromat, saat cinta pertama jadi cerita panjang yang menghangatkan jiwa.)
D. Yustisia
(Seperti yang diceritakan oleh Patty, di sebuah laundromat, saat cinta pertama jadi cerita panjang yang menghangatkan jiwa.)
D. Yustisia
No comments:
Post a Comment