Jaman sekarang rasanya tidak aneh bagi sebagian orang tua untuk menampilkan photo-photo
anak-anaknya atau bercerita tentang kebisaan, kekurangan dan kelebihan
mereka. Sejalan dengan berkembangnya dunia networking melalui Facebook,
Twitter, blog dan lain-lain, yang namanya "sharenting" alias
shared-parenting sudah sangat dimaklumi. Tapi sayangnya, segelintir
orang tua suka lupa atau mengabaikan kenyataan bahwa anak-anak juga
butuh yang namanya privacy. Meski mereka masih muda, bayi atau balita,
misalnya, bukan berarti hal-hal dari mereka bisa dibuka di depan umum
begitu bebasnya. Contohnya, memajang photo-photo bayi atau balita tanpa
sehelai pakaian pun.
Bayi atau balita memang lucu sekali. Tubuh
mereka yang bentuknya kadang membuat gemas bukan main bisa membuat orang
tua lupa diri. Apalagi kamera mudah sekali didapat makin memudahkan
para orang tua untuk unjuk gigi keunikan anaknya masing-masing. Hal yang
suka dilupakan adalah kelucuan dan keluguan anak-anak bukan selalu hal
yang mesti disebarluaskan. Tidak perlu bersungut-sungut membahas adanya
orang-orang gila yang berbahaya terhadap anak-anak, itu tentunya harus
dinomorsatukan untuk selalu waspada. Hal yang suka diabaikan dan
dilupakan para orang tua adalah anak-anak juga bisa merasakan malu dan
tidak nyaman.
Beberapa kali saya menjumpai photo-photo anak
dalam keadaan yang membuat saya kurang nyaman karena "full frontal
nudity" atau photo bugil tampak depan dari seorang anak. Bisa jadi si
anak masih bayi yang belum tahu apa-apa. Tapi apakah sebegitu perlunya
untuk mengambil photonya dalam keadaan bugil yang lalu diberitahukan ke
banyak orang tentangnya? Meski si anak sedang berenang atau mandi dan
mau tidak mau mesti telanjang. Saya juga punya photo anak-anak dalam
keadaan yang menggiurkan saat mereka bayi dan balita, tapi itu cuma
untuk mata kami saja. Keluarga dan saudara lainnya pun tidak kami bagi
photo-photonya. Sebelum kita memasang sebuah photo di jalur network
tertentu, pikirkan baik-baik adakah gunanya.
Mungkin orang tua
lain akan bilang itu hak mereka untuk berbagi cerita lewat gambar-gambar
anak mereka. Tapi hak seorang anak juga untuk dihormati kehormatannya
dan keberadaannya. Kalau memang harus memperlihatkan photo anak yang
banyak terlihat bagian tubuhnya, usahakan bagian kemaluannya selalu
ditutup. Kelak anak akan tumbuh besar dan mengerti photo-photo itu.
Jangan sampai dia merasa malu dan jadi minder mengetahui photo dirinya
dalam keadaan bugil disebarluaskan orang tuanya. Hal yang lain, jangan
pula menyebarluaskan keburukan anak di dunia network. Sebagai orang tua
kita harus maklum, anak itu kadang berubah sikap dan sifatnya sesuai
usia mereka. Jangan menggossipkan mereka di dunia maya. Anak-anak juga
punya perasaan kan? Kalau kita tidak mau digossipkan orang, anak tentu juga merasa demikian.
D. Yustisia
(Terbit di dianadji.multiply.com 4 Juni 2012)
No comments:
Post a Comment