Setelah berkeliling mendatangi beberapa rumah tua di Old Sturbridge Village, kami mengunjungi tempat pengrajin lain, berupa BLACKSMITH. Blacksmith adalah sebutan untuk tukang pandai besi. Berbeda dengan tin shop, blacksmith lebih suram suasananya dan bau dari oven tempat pengecoran dan pencetakan barang-barang besinya lebih menyengat. Di tempat pengrajin besi itu juga ada pemandu dan pengrajinnya yang memberikan demonstrasi mempersiapkan besi untuk dibuat alat pertanian. Perbedaan lain dari blacksmith dan tin shop adalah, begitu masuk ke dalam ruangan blacksmith-nya, terasa panas. Karena bangunannya yang terbuat dari batu, yang seakan meredam panas dari api di tungkunya. Pada awal berdirinya Old Sturbridge Village, tempat blacksmith ini dibangun dari kayu, hingga akhirnya terjadi kebakaran, yang juga dialami oleh pengrajin pandai besi di jaman dulu. Sejak itu bangunannya dibuat dari batu.
Perjalanan kami kemudian berlanjut ke tempat pembuatan tembikar atau gerabah. Di situ ada pula pemandu yang sekaligus juga pengrajin yang memperlihatkan pembuatan tembikar. Berbagai macam hasil dari tanah liat berjajar di sisi ruangan. Sementara itu, sebuah tungku besar atau kiln ada di luar rumah tembikar tersebut, untuk membakar gerabahnya. Barang-barang yang dibuat oleh pengrajin baik itu yang berupa timah, besi atau tembikar, bisa dibeli di toko souvenir, yang semuanya dibuat di tempatnya langsung di Old Sturbridge Village.
Tempat terakhir dimana sebuah kerajinan dikerjakan, yang kami datangi adalah sebuah CARDING MILL. Carding mill ini merupakan pusat untuk mengolah serat-serat alami, yang kemudian dipintal dan ditenun dan dijadikan kain. Peralatan yang ada di carding mill ini sangat memukau, karena mereka masih sangat baik kondisinya dan kemungkinan masih bisa digunakan. Saat itu tidak ada demonstrasi di situ, jadi saya kurang tahu mengenai bagaimana carding mill bekerja. Tapi dengan melihat peralatan demi peralatannya langsung, saya bisa membayangkan kesibukkan para pengrajin yang kemungkinan besar wanita, menguraikan serat-serat alami yang bisa jadi dari bulu biri-biri atau kelinci, atau serat tumbuhan seperti linen dari serat flax. Lalu serat-serat ini disatukan, dipintal dan ditenun. Sungguh perjuangan yang panjang dan luar biasa prosesnya untuk menciptakan selembar kain untuk dipakai seseorang.
Terima kasih sharingnya. Jalan-jalan yang jadi mimpi semua orang pencinta kerajinan. Sangat menginpsirasi
ReplyDeleteSama-sama, mbak Thata. Begitu ketemu sama para pengrajin dan tempat mereka berkarya, saya langsung tergerak untuk mengajak orang lain tahu tentangnya.
Deletekereeeeeeeeeeeeen, berasa lagi nonton film mbk ;)
ReplyDeleteKayak di film2 kuno ya, Linda? Thanks ya buat komentarnya.
DeleteVintage sekali dan memang berasa menonton film kuno atau mungkin komik-komik bersetting th 80'an...wow! :)
ReplyDeleteRana, ini bukan vintage lagi loh, sudah masuk antik. Kan ceritanya ini meniru pengrajin tahun 1830. Kayaknya salah era nih kamu, hehehe.
Delete