Judulnya seakan sebuah film yang dibintangi Rano Karno dan Yessie Gusman atau Paramitha Rusadi di masa tahun 70-an dan 80-an. Tapi kisah kasih di sekolah, apalagi di SMA, bukanlah suatu hal yang cuma ada di sebuah film. Dari sebuah perkenalan dengan sesama murid baru bisa tumbuh rasa suka. Dari sebuah hubungan mentor antara kakak dan adik kelas, bisa muncul sebuah cerita. Masa-masa SMA bisa jadi sarat dengan menyukai seseorang, jatuh cinta, bertepuk sebelah tangan, dan patah hati, beriringan dengan ulangan, segudang PR dan kegiatan extrakurikuler. Hampir semua orang yang pernah bersekolah SMA pasti mempunyai kenangan yang berurusan dengan hati. Ada cerita yang manis, ada yang penuh gejolak jiwa. Ada cerita yang bersambung hingga ke pelaminan, ada yang putus di tengah jalan. Di balik seragam putih dan abu-abu, ada sebentuk cinta buat seseorang. Itulah indahnya masa SMA.
Kalau saya ditanya apa yang saya ingat tentang kisah kasih di sekolah, yang pertama saya lakukan adalah tersenyum. Banyak sekali kisah kasih di sekolah yang saya saksikan dari dekat atau jauh, dan yang saya alami sendiri. Wujudnya beragam dan beberapa ada yang membuat geleng-geleng kepala. Karena di tiap sekolah, di tiap angkatan, pasti ada pasangan yang paling mencolok diantara lainnya. Pasangan ini yang biasanya terlihat di beberapa penjuru sekolah asyik berduaan, seakan teman-teman lainnya cuma obyek penyerta (atau mungkin penderita). Ada yang duduk berdua sekedar saling bertukar senyum. Ada yang saling merapat mengerjakan tugas. Ada yang terlihat berdua saja berbincang dalam kelas, sementara murid-murid lain istirahat di luar. Kadang ada saatnya dimana kisah kasih di sekolah menjadi sebuah perbincangan banyak orang. Seperti saat diketahui seorang gadis remaja hamil, keprihatinan melanda kumpulan teman-temannya dan tentu juga pihak guru-guru. Tapi saya termasuk kagum saat sebuah kejadian seperti yang saya sebutkan terjadi, tidak ada yang namanya fitnah atau gunjingan yang tersebar-luas di sekolah. Masing-masing pihak yang tahu, sepertinya tahu diri.
Mau dibilang apapun, masa-masa SMA itu adalah masa penjajakan. Kalau yang ternyata di masa-masa itu ada dua sejoli yang ternyata berpaut dan berjodoh, alangkah indahnya. Seperti beberapa kawan saya tentunya, yang saya yakin menyimpan banyak kenangan saat mereka sedang pendekatan. Sayangnya, karena masih anak sekolah, isi kantong pun layaknya anak sekolah. Pergi ke bioskop nonton bareng menjadi barang mewah. Jajan di kantin harus bayar sendiri-sendiri. Itu kalau pasangan yang pas-pasan uang jajannya. Bagi pasangan yang salah satunya bermodal kuat, maka apapun namanya bisa terjadi. Saat Valentine makan bersama ditemani nyala lilin, bisa. Pergi nonton setiap akhir pekan, bisa juga. Hadiah indah saat ultah. Hadiah berkesan saat merayakan hari "jadian". Kalau yang begini tentu saja jadi sisi indah kisah kasih di sekolah. Meski untuk beberapa orang bisa jadi cuma merasa suka sepihak, sementara orang yang dituju tidak punya perasaan apa-apa. Bisa jadi seseorang malu untuk mengungkapkan dan cuma diam, tapi menjadi pengagum dari jauh akan apapun yang si pencuri hati kerjakan.
Kalau saya ditanya apa yang saya ingat dari kisah kasih di sekolah, saya akan jawab,"Been there, done that". Maka kenangan saya akan melayang-layang mencari sosok seseorang yang menyambut saya pertama kali menjadi murid SMA. Saya simpan sebentuk senyumnya dalam hati. Tapi apa daya, hati tak bisa bertaut, rasa cuma saya yang punya. Biar begitu, cerita tentang seseorang yang istimewa itu jadi tema diary saya tiap hari. Seakan-akan gaya jalannya adalah sesuatu yang sungguh istimewa, atau pertemuan dengannya yang tiba-tiba di sebuah bis kota adalah penjelmaan sebuah mimpi yang indah. Cerita lainnya pun saya bisa haturkan, dalam bentuk cinta yang tulus dan patah hati yang menyakitkan. Teringat saya meneteskan air mata di rangkulan seorang teman, sesudah mencurahkan segala emosi. Bukankah ini bagian dari kisah kasih di SMA itu? Teman yang bersedia meminjamkan bahunya untuk kita tangisi dan sepasang telinga yang tak bosan kita cekoki cerita tentang si A atau B. Kisah kasih di sekolah pun ternyata bisa menimbulkan perseteruan diantara pihak-pihak yang bersangkutan. Apalagi kalau bukan karena cemburu. Bagaimana pun wujud dari sebuah kisah kasih di sekolah, mengingatnya saja bisa membuat diri ini tersenyum sendiri.
(Keterangan photo: kelas 3 saya di SMA)