Begitu hari Kamis di saat perayaan Thanksgiving kemarin tiba, sekitar pukul 3 pagi saya sudah bangun. Lalu saya bangunkan anak-anak yang langsung bersiap tanpa terdengar keluhan sedikit pun. Kegiatan seperti ini sudah kami jalani keempat kalinya demi untuk melihat perayaan Thanksgiving di New York City. Sebagian besar orang punya tujuan tertentu saat Thanksgiving, hari bersyukur nasional. Mereka biasanya mengunjungi orang tua atau keluarga layaknya mudik di Indonesia saat Lebaran. Tapi kami tidak punya tujuan seperti itu, dimana kami harus bertemu dan berkumpul dengan keluarga besar, jadi perayaan Thanksgiving ala keluarga kami adalah dengan berjejalan di jalan di Manhattan menunggu pawai yang diadakan Macy.
Macy adalah salah satu department store terkemuka di Amerika. Para pegawainya yang berupa pendatang, mencetuskan pawai untuk merayakan Natal di tahun 1924 yang kemudian berubah menjadi pawai Thanksgiving. Pawai ini ternyata mendapatkan sambutan yang sangat baik sehingga diadakan tahunan dengan penonton yang bisa mencapai 4 juta orang yang melihat langsung dan 50 juta orang yang melihat lewat televisi. Begitu meriahnya pawai ini sampai-sampai orang mau datang lebih pagi supaya mendapatkan tempat yang paling enak dan nyaman. Seperti saat kami berada di keramaian orang-orang yang sabar menunggu pawainya datang, ada yang membawa selimut untuk duduk di trotoar, kursi lipat, bahkan tenda buat yang sengaja bermalam di jalan. Semua orang yang rela berdiri selama bisa lebih dari 2 jam, kadang di tengah udara dingin, bersemangat karena hari Thanksgiving adalah hari istimewa.
Tiap kali kami datang menonton pawai Thanksgiving, tiap kali itu pula pengalaman menarik kami dapatkan. Selain kami bisa melihat dari dekat para celebrities yang bisa jadi adalah favoritnya anak-anak, kesempatan untuk bersorak-sorak dan mengelu-elukan siapapun yang lewat. Saat itu juga jadi kesempatan untuk bertemu dan berkenalan dengan orang dari berbagai asal dan kalangan. Tahun lalu untuk mengisi waktu tunggu, saya berkenalan dengan seorang wanita dari Inggris yang aksennya sangat kentara. Dia datang ke Amerika bersama 3 keponakan wanitanya, penasaran ingin tahu bagaimana perayaan Thanksgiving di sini. Obrolan kami ngalur-ngidul sampai tidak terasa pawainya mendekat. Tahun ini, saya berkenalan dengan pasangan yang suaminya orang Costa Rica dan istrinya orang Equador. Putri mereka terlelap di pelukan ibunya, sementara anak laki-laki mereka berdiri sendirian di barisan paling depan bersama anak-anak lain termasuk dua anak kami. Di kumpulan kami saat itu, ada seorang ibu African-American yang asli New Yorker, seorang bapak China, sebuah keluarga Amerika Selatan, seorang bapak bule separuh baya yang pendampingnya seorang wanita Asia yang asyik berdandan di depan umum, beserta 2 pasang muda-mudi yang tidak sungkan memperlihatkan kemesraan mereka.
Pawai Thanksgiving tahun ini serasa lebih istimewa karena diadakan sesudah daerah New York terkena hurricane Sandy yang merugikan hingga jutaan dollar. New York City yang terkenal sebagai kota yang tak pernah mati, tiba-tiba karena Sandy menjadi kota mati yang gelap-gulita. Beberapa korban Sandy hadir menonton pawai ini untuk menghibur diri dan sekaligus menyemangati korban lainnya yang masih mengungsi karena keadaan yang masih belum pulih di daerah mereka. Pawai kemarin adalah pawai yang membawa harapan dan semangat untuk pulih kembali sesudah bencana terjadi. Sedangkan untuk saya pribadi, menonton pawai kali ini pertama kalinya sambil menahan emosi akibat orang yang kurang tahu diri. Di dekat kami ada seorang ibu yang datang bersama ibunya yang sepuh. Rupanya anaknya menjadi salah satu anggota marching band yang tampil. Bukan main gayanya yang seperti orang penting mencela balon A atau B, menilai marching band X atau Y dan berkomentar layaknya dia seorang ahli. Belum lagi ditambah dengan gayanya yang norak dan berisik dengan teriakannya yang memekakkan telinga serta keegoisannya yang kurang perduli orang lain. Sementara itu, di sebelah kanan saya, seorang ibu dengan lonceng sapinya membunyikan dengan kencang kapan saja untuk dapat perhatian dari para pengisi pawai. Klonteng! Klonteng! Suara loncengnya bersahutan dengan teriakan si ibu lain di sebelah kiri saya. Serasa lengkap rasanya perayaan Thanksgiving saya hari itu. Meski begitu, saya mendapatkan banyak hasil jepretan yang bagus dan yang utama, sempat melihat langsung para celebrities yang mengisi acara.
Balon-balon Macy's Thanksgiving Parade
Penyanyi Flo Rida
Pemain basket Karim Abdul-Jabar
Atlit-atlit gymnastic peraih medali di Olympiade di Inggris
No comments:
Post a Comment